BMKG: Monsoon Australia Akibatkan Suhu Dingin di DIY
Ilustrasi- Gangguan Cuaca Jangka Pendek Petugas BMKG mengamati cuaca menggunakan alat Panci Penguapan di kantor Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Yogyakarta/ANTARA

Bagikan:

YOGYAKARTA - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Yogyakarta mengungkapkan suhu udara dingin yang minimum hingga mencapai 19 derajat Celcius di Daerah Istimewa Yogyakarta dipengaruhi oleh pergerakan angin Monsoon Australia.

Kepala Stasiun Meteorologi BMKG Yogyakarta Warjono mengatakan Monsoon Australia merupakan pergerakan angin yang berasal dari dataran Australia menuju dataran Asia melewati wilayah Indonesia.

"Monsoon Australia ini membawa massa udara yang bersifat dingin dan kering," ujar Warjono dilansir ANTARA, Jumat, 25 Agustus.

Dia melanjutkan, ketika massa udara yang bersifat dingin melewati wilayah Indonesia, terutama Indonesia bagian selatan Jawa, Bali, NTT, termasuk DIY akan menyebabkan kejadian jarang hujan dan tutupan awan yang minim.

Dengan tutupan awan yang minim tersebut, kata dia, radiasi matahari pada siang hari akan langsung diteruskan ke permukaan bumi sehingga masyarakat akan merasakan panas yang terik.

Sementara saat malam hari, lanjut Warjono, masyarakat akan merasakan suhu udara yang lebih dingin karena tidak ada radiasi matahari.

Panas di permukaan bumi yang diterima saat siang hari, kata dia, langsung dilepaskan ke atmosfer atau angkasa tanpa adanya penghalang.

"Karena tutupan awan yang minim, sehingga kita akan merasakan suhu udara yang lebih dingin," jelas dia.

Kepala Stasiun Klimatologi BMKG Yogyakarta Reni Kraningtyas mengatakan suhu udara dingin pada Jumat (25/8) pagi pukul 06.00 WIB di DIY tercatat mencapai 19,7 derajat Celcius sehingga memicu munculnya kabut di Kabupaten Sleman dan sekitarnya.

Menurut dia, terbentuknya kabut merupakan fenomena alam yang sering terjadi yaitu saat kandungan udara dekat permukaan tanah cukup jenuh denga uap air dan biasanya kandungan uap air di dalam udara tersebut mempunyai kelembaban udara mendekati 100 persen.

"Setelah kami cek kelembaban udara cukup tinggi sekitar 98 persen dan suhu udara pada pagi hari tadi sekitar pukul 6 pagi cukup dingin19,7 derajat Celcius sehingga hal itu memungkinkan terjadi kabut di Sleman dan sekitarnya," ujar Reny.