JAKARTA - Wakil Presiden Ma'ruf Amin menegaskan pesantren sebagai lembaga pendidikan yang akan mencetak generasi penerus bangsa, harus bisa menjadi pusat peradaban Islam.
Hal itu disampaikan Wapres saat bersilaturahmi dengan Dewan Pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) Annuqayah dan para ulama se-Kabupaten Sumenep di Ponpes Annuqayah, Guluk Guluk, Sumenep, Jawa Timur.
"Saya menginginkan pesantren sebagai pusat peradaban, dan pesantren harus memberi pengaruh terhadap sekitar, bahkan juga pengaruh nasional, dan kalau bisa pengaruh global,” kata Wapres dalam siaran pers dilansir ANTARA, Rabu, 9 Agustus.
Wapres mengatakan dalam undang-undang yang ada saat ini, fungsi pesantren disebutkan meliputi pendidikan, dakwah, dan sebagai pusat pemberdayaan masyarakat.
"Tapi saya ingin lebih dari itu (harus juga berfungsi menjadi pusat peradaban),” kata dia.
Wapres mengungkapkan dulu pesantren yang membangun peradaban di Indonesia. Ia pun mencontohkan peran Syekh Jumadil Kubro, yang berasal dari Samarkand, Uzbekistan, datang ke Nusantara dan membangun pesantren di berbagai daerah sebagai pusat peradaban dan pusat ilmu.
“Saya kemarin ke Samarkand, ada tulisan tentang pengaruh ulama Samarkand dalam penyebaran Islam di Indonesia yaitu Syekh Jumadil Kubro,” ungkapnya.
Wapres berharap para lulusan pesantren tidak hanya pandai membaca kitab tetapi juga mampu berijtihad dalam memberikan hukum terkait isu-isu yang terjadi saat ini.
Menurutnya, banyak masalah-masalah lama yang kini bertransformasi menjadi masalah baru yang perlu diijtihadkan apakah sesuai dengan syariat Islam atau tidak.
BACA JUGA:
“Kebanyakan syariah itu lahirnya dari ijtihad,” kata Wapres mengutip Imam Haramian al-Juwaini.
Wapres mencontohkan tentang isu-isu ekonomi syariah yang berkembang sangat pesat, dan tidak dijelaskan secara gamblang dalam nash Al-Quran, seperti pembayaran digital, jual beli online dimana penjual pembeli tidak bertemu secara langsung, pembelian crypto, dan isu-isu terkini lainnya.
“Itu harus ada orangnya (ahlinya), saya kira sumbernya di pesantren,” ujarnya.
Ma’ruf Amin juga mengharapkan pesantren dapat terus menjadi pusat dakwah.
Dia mencermati perkembangan teknologi telah membuat agama menjadi tergradasi.
Wapres mencontohkan, ketika dirinya masih menjabat di Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) dan berkunjung ke Korea, kala itu penganut Budha di Negeri Gingseng masih 99 persen, namun kini hanya 20 persen, di mana 52 persen tidak beragama dan sisanya menganut agama lain.
Begitupun di Eropa, kata Wapres, banyak gereja-gereja yang dijual, bahkan pembelinya umat Islam Indonesia.
Sementara sebagai pusat pemberdayaan masyarakat, Wapres menekankan agar pesantren bukan tempat golongan orang-orang yang lemah. Untuk itu menurut dia, perlu dibangun muamalah yang sesuai dengan syariah.