JAKARTA - Inspektur Utama (Irtama) BKKBN, Ary Dwikora Tono mengatakan pencegahan stunting pada anak penting dilakukan, mengingat bayi dan balita yang hidup di zaman ini akan menjadi bagian dari Visi Indonesia Emas 2045.
"Sejak sekarang angka stunting harus diturunkan serendah mungkin, karena bayi dan balita yang hidup saat ini, pada 2045 menjadi kelompok usia produktif yang menentukan keberhasilan pencapaian Indonesia Emas," katanya dikutip dari Antara, Minggu, 6 Agustus.
Ary mengatakan, sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas merupakan kunci mencapai Indonesia Emas 2045.
Oleh karena itu, sambungnya, persiapan SDM tersebut harus dimulai dari sekarang.
"Tahun emas ini harus betul-betul bisa mencapai Indonesia Emas, Indonesia yang maju dan berdaulat. Ekonominya kuat, pembangunannya merata, serta rakyatnya turut terlibat dan turut merasakan hasil pembangunan,” ujarnya.
Oleh karena itu, kata Ary, BKKBN mendorong pencegahan stunting dilakukan mulai dari hulu. Artinya, dilakukan sejak dini, bahkan sejak sebelum pasangan menikah dengan memeriksakan kesehatan tiga bulan sebelumnya.
Hal ini, kata dia, bertujuan agar saat menikah dan kemudian hamil, ibu dan bayi yang dikandung dalam kondisi kesehatan yang baik, sehingga terhindar dari stunting. Selanjutnya, pola makan dan pengasuhan harus diperhatikan, termasuk pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan.
"Kekurangan gizi yang terjadi pada stunting bisa disebabkan karena pola makan dan pola asuh yang keliru, sehingga pertumbuhan anak terhambat," tutur Ady.
BACA JUGA:
Sementara itu, Kepala Perwakilan BKKBN Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Andi Ritamariani mengatakan, pemberian ASI eksklusif yang dilakukan sang ibu bisa berperan lebih banyak dalam mencegah stunting.
"Rugi sebetulnya jika tidak memberikan ASI, karena ASI itu tidak perlu beli, gizi dan kebersihan terjamin. Selain itu, ekonomis. Jika rutin menyusui, memperkecil kemungkinan segera hamil lagi. Lagi pula ASI mudah dibawa dan disiapkan, tidak ribet," kata Andi Ritamariani.