JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat laju inflasi inti pada Januari 2021 sebesar 0,14 persen. Sementara laju inflasi secara tahunan atau year on year (yoy) dari Januari 2021 terhadap Januari 2020 sebesar 1,56 persen. Berdasarkan angka tersebut, inflasi inti tahunan ini menujukan yang terendah sejak 2004.
"Inflasi inti 1,56 persen yang melambat dibandingkan Desember 2020, terendah sejak dihitung pertama kalinya di 2004," kata Kepala BPS Suhariyanto, dalam konferensi pers secara virtual, Senin, 1 Februari.
Inflasi inti yoy pada Januari 2020 lalu cukup tinggi yakni sebesar 2,88 persen. Adapun sepanjang 2020, inflasi inti secara yoy terendah terjadi pada bulan Desember yakni 1,60 persen.
Suhariyanto mengatakan, rendahnya inflasi menunjukkan tingkat permintaan masyarakat terhadap barang dan jasa masih rendah. Hal ini dikarenakan pandemi COVID-19 yang masih membayangi perekonomian di banyak negara, termasuk Indonesia.
"Sampai Januari 2021 ini inflasi di berbagai negara mengalami perlambatan yang signifikan, bahkan banyak negara yang deflasi. Ini menunjukkan sisi permintaan sangat lemah, sehingga ini nantinya berpengaruh ke konsumsi rumah tangga," jelasnya.
BACA JUGA:
Menurut Suhariyanto, seluruh masyarakat bersama pemerintah harus bekerja sama dalam upaya pemulihan ekonomi. Ia juga berharap, program vaksinasi bisa memulihkan kembali situasi perekonomian.
Namun, kata dia, dalam pemulihan ekonomi, dibutuhkan dukungan masyarakat dengan kepatuhan tinggi terhadap protokol kesehatan yang ditetapkan pemerintah.
BPS mencatat inflasi pada Januari 2021 mencapai 0,26 persen secara bulanan dan secara tahunan mencapai 1,55 persen. Berdasarkan komponennya, inflasi tertinggi terjadi pada harga bergejolak atau volatile price, yang tercatat sebesar 1,15 persen dan memberikan andil ke inflasi sebesar 0,19 persen.
Sementara komoditas yang memberikan andil inflasi tertinggi adalah cabai rawit, ikan segar, tempe, tahu, dan daging ayam ras 0,01 persen. Sebaliknya komoditas penyumbang deflasi adalah telur ayam ras dan bawang merah.