Bagikan:

JAKARTA - Ucapan anggota DPR A Bakri HM menyebut tak ada yang istimewa di Nusa Tenggara Timur (NTT) direspons banyak orang karena dianggap blunder. Banyak yang bersuara mempertanyakan mengapa anggota dewan sampai tak tahu pariwisata NTT.

“Saya melihat program 2021, 5 kawasan strategis pariwisata nasional, alangkah baiknya mungkin ke depan setiap anggota didata program wisata yang ada di daerah. Ini rasa keadilan. Saya kemarin diajak teman-teman Komisi V kunjungan ke NTT, tidak ada yang istimewa Bu di sana, paling yang istimewa komodonya aja,” kata politikus PAN Bakri lugas berbicara dalam ruang Komisi V DPR.

Tapi NTT tak sekecil gambaran atau pemahaman Bakri HM. Bakri HM—yang saat rapat dengar pendapat dengan Dirjen Cipta Karya dan BPIW—mengaku sudah 3 periode berturut-turut duduk di kursi anggota Komisi V DPR ini menyebut hanya komodo yang istimewa di NTT. Benar begitu?

Danau Kawah Kelimutu (DOK.kelimutu.id)

Nyatanya banyak wisata alam di NTT. Salah satunya pesona Taman Nasional Kelimutu. Di puncak Kelimutu, terdapat tiga danau kawah dengan berbeda warna. 

Masyarakat lokal percaya, kawah ini menjadi tempat bersemayamnya jiwa. Dilansir dari laman Taman Nasional Kelimutu, masyarakat lokal percaya ketiga danau di Kelimutu menjadi saksi bisu bersemayamnya para roh leluhur masyarakat lio. 

Ada kepercayaan lokal mengenai seleksi oleh Konde Ratu atau Juru Kunci Arwah.  Orang-orang yang masa hidupnya berperilaku buruk, meninggal secara tidak wajar, baik itu orang tua atau pun muda, akan ditempatkan di Kawah Tiwu Ata Polo.

Kawasan konservasi Taman Nasional Kelimutu dengan luas 5.356,50 hektare ini, menjadi taman nasional yang paling kecil luasnya dari 54 Taman Nasional yang dimiliki Indonesia saat ini. 

Namun Taman Nasional Kelimutu menjadi satu-satunya gunung api di Indonesia yang memiliki danau kawah lebih dari satu dengan warna yang berbeda-beda. Pesona ketiga danau dengan lanskap alamnya inilah yang membuat mendunia.

Kelimutu merupakan nama dari salah satu dari dua puncak gunung tertinggi dalam kawasan konservasi yakni Gunung Kelimutu (1.690 mdpl) dan Gunung Kelibara (1.731 mdpl).

Lanskap alamnya yang unik dan memesona, tidak lepas dari aktivitas vulkaniknya yang terjadi sejak jutaan tahun yang lalu. Hingga saat ini, geliat aktivitasnya tersebut pun masih terjadi. Inilah yang membuat ketiga warna air danau berbeda dan berubah-ubah. Tidak dapat diprediksi. Yang sebelumnya berwarna merah bisa berubah menjadi hijau. Begitu pun sebaliknya. 

Tidak hanya itu, tanaman vaccinium (Vaccinium variangevolim) yang tumbuh dominan di sekitar danau, akan mengering begitu Kelimutu menggeliat.

Danau kawah Kelimutu (DOK. kelimutu.id)

Tiga danau kawah di puncak Kelimutu memang menjadi daya tarik utamanya. Ketiganya mempunyai nama masing-masing sesuai dengan kepercayaan masyarakat sekitar: Kawah Tiwu Ata mBupu (Danau Arwah Orang Tuan) – airnya biasanya berwarna biru, Berikutnya Kawah Tiwu Nua Muri Kooh Fai (Danau Arwah Muda Mudi) – airnya berwarna hijau, dan Kawah Tiwu Ata Polo (Danau Arwah yang Ditenun) – airnya berwarna merah.

Pesona matahari terbit dari puncak Kelimutu yang berpadu dengan pemandangan tiga danau kawahnya benar-benar akan mempesona.

Masyarakat yang tinggal di sekitar Taman Nasional Kelimutu, telah berabad-abad lamanya hidup harmonis dengan alam Kelimutu. Suku Lio yang mendiami sekitar Kelimutu, setiap tahun melakukan ritual budaya, sebagai bentuk rasa syukur atas hasil panen yang didapat. Mereka akan melakukan tarian Gawi, persembahan kepada penguasa langit: Du’a Ngga’e. Meminta petunjuk kepada Ratu Konde sang penguasa kawah, agar arwah yang meninggal tidak ditempatkan di Kawah Tiwu Ata Polo.

Tetapi, walaupun kawasannya terbilang kecil, sebagai taman nasional, Kelimutu menyimpan beragam kekayaan potensi alam khas timur, khususnya tanah flores. Sebagian di antaranya bahkan jenis langka dan endemik.

Ada kawasan arboretrum hutan di TN Kelimutu seluas 4,5 hektare yang menyimpan koleksi keanekaragaman flora kawasan pelestarian alam ini. Tercatat lebih dari 100 spesies flora tumbuh dan berkembang di Kelimutu. Dua jenis diantaranya merupakan endemik: Uta Onga (Begonia kelimutuensis) dan Turuwara (Rhondodenron renschianum).

Burung Decu Belang di TN Kelimutu (Foto: richardusamakwure via Instagram tamannasionalkelimutu)

Untuk faunanya, dari beberapa jenis yang endemik Flores, burung Gerugiwa (Monarcha sp), salah satu yang menarik. Jarangnya terlihat, burung ini dikenal juga sebagai burung arwah. Keunikannya, Gerugiwa disebut memiliki 11 suara yang berbeda.

Hingga saat ini, nilai-nilai kesakralan leluhur Kelimutu, masih dijaga oleh masyarakat Lio. Salah satunya, melalui Patika Do’a Bapu Ata Mata – ritual memberikan makan arwah leluhur di Situs Pati Ka di areal kawasan danau tiga warna, yang dipimpin seorang Mosalaki.

Ritual yang setiap tahun dilakukan tersebut, biasanya akan dilanjutkan dengan acara makan bersama dan tarian gawi yang dipimpin oleh ketua adat bersama 21 Komunitas Adat. Hal Ini menunjukkan tingginya penghormatan terhadap alam dan ikatan antar desa yang masih terjaga dan berlangsung turun menurun.