Bagikan:

BOGOR - Masuk musim kemarau, ketinggian debit air Sungai Ciliwung di Bendung Katulampa, Kota Bogor berada pada titik terendah, yakni nol sentimeter. Kekeringan tersebut terjadi karena curah hujan mulai berkurang.

Kepala Pengawas Bendung Katulampa Andi Sudirman, dalam terakhir debit Sungai Ciliwung mencapai 3.000 liter perdetik. Dari jumlah tersebut, sebanyak 2.500 liter dialirkan ke irigasi Kali Baru untuk mengairi 330 Ha lahan pertanian dan sisanya sebanyak 500 liter dialirkan ke sungai utama untuk menjaga ekosistem sungai.

Kata Andi, pada musim penghujan dalam keadaan normal, tinggi aliran sungai di Bendung Katulampa sekitar 50 sentimeter atau dengan debit air mencapai 60.000 liter perdetik.

Kondisi seperti ini diprediksi akan terjadi hingga Oktober 2023 mendatang. Makanya, Andi berharap dalam waktu dekat di hulu sungai Ciliwung segera diguyur hujan sehingga bisa mengairi sungai sepanjang 119 kilometer itu.

“Puncaknya itu biasa terjadi pada Juni, Juli, Agustus, dan kembali normal biasanya Oktober lalu November ketika hujan mulai turun kembali,” kata Andi, Minggu 30 Juli.

Kata dia, kekeringan terparah pernah terjadi pada tahun 2020 juga 1997, dimana debit air yang mengalir dari hulu Sungai Ciliwung hanya 1.000 liter air per detik. Untuk, itu ia terus berkoordinasi dengan Badan Meteorologi dan Klimatologi (BMKG) serta dinas terkait untuk mengantisipasi kekeringan parah.

Sementara, Kepala Stasiun Klimatologi Jawa Barat Indra Gustari menyatakan musim kemarau di sebagian wilayah di Jawa Barat yang masuk zona musim akan berakhir hingga memasuki Oktober.

Pun Bogor masuk dalam wilayah hujan sepanjang tahun. Hanya saja, lanjut Indra, intensitas hujan di musim kemarau berkurang. Untuk itu, masyarakat juga diimbau agar hemat menggunakan air

“Oleh karena itu, kami mengajak masyarakat untuk mulai beradaptasi setidaknya selama enam bulan ke depan dengan situasi tersebut. Salah satunya dengan hemat menggunakan air,” katanya.