JAKARTA - Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyatakan harapan adanya "penyetelan ulang" dalam hubungan Amerika Serikat (AS) dan China. Jika dua negara kerap berbeda pandangan soal HAM, AS dan China setidaknya harus bekerja sama dalam aksi iklim, begitu harapan Guterres.
Beijing mendorong pengaruh global yang lebih besar dalam sebuah tantangan bagi kepemimpinan AS. Ketegangan kedua negara mencapai titik didih di PBB tahun lalu, di bawah pemerintahan Presiden AS Donald Trump, atas pandemi COVID-19.
"Saya berharap kami akan melihat pengaturan ulang dalam hubungan Amerika Serikat dan China," kata Guterres kepada awak media, dikutip Jumat, 29 Januari.
"Jelas bahwa dalam urusan HAM, terdapat dua pandangan yang sangat berbeda dan jelas bahwa dalam HAM tidak ada ruang untuk kesepakatan atau misi bersama."
"Ada ruang di mana saya yakin akan tumbuh konvergensi kepentingan, dan saran saya adalah agar ruang itu dilacak oleh kedua pihak, bersama dengan seluruh komunitas internasional, dan ruang itu adalah aksi iklim."
BACA JUGA:
Calon duta besar Presiden AS Joe Biden untuk PBB pada Rabu menuding China sedang berupaya "mendorong agenda otoriter" di badan dunia beranggotakan 193 negara itu.
Saat dimintai tanggapan, Guterres berkata: Sehubungan dengan PBB saya dapat menjamin bahwa kami berkomitmen kuat untuk memastikan bahwa PBB merupakan mercusuar dari semua nilai-nilai yang terkait dengan keamanan, pembangunan, dan HAM.
Guterres juga mengaku "sangat khawatir" dengan kekuatan perusahaan media sosial dan mengatakan bahwa skema regulasi harus ditetapkan sehingga keputusan seperti melarang Trump dari Twitter dapat dilakukan "sejalan dengan hukum."