Ancaman Cuaca Buruk DKI dan Kesiapan Pemprov Antisipasi Banjir
Ilustrasi - Banjir awal Januari 2020 (Irvan Meidianto/VOI)

Bagikan:

JAKARTA - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI mengeluarkan peringatan dini terhadap potensi hujan lebat yang dapat disertai dengan kilat atau petir, dan angin kencang atau puting beliung selama satu pekan ke depan.

"DKI Jakarta masuk dalam potensi dampak dengan status siaga. Kondisi cuaca ekstrem seperti ini dapat menimbulkan genangan, banjir, tanah longsor, pohon tumbang, dan jalan licin," kata Plt. Kepala Pelaksana BPBD Provinsi DKI Jakarta, Sabdo Kurnianto, Kamis, 28 Januari.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi puncak musim hujan akan terjadi pada Januari dan Februari 2021 di DKI Jakarta. BMKG juga memperingatan waspada gelombang tinggi dengan tinggi 1,25 sampai dengan 2,5 meter di Kepulauan Seribu.

Dalam menghadapi cuaca buruk hingga bencana hidrometeorologi pada awal tahun, Sekretaris Dinas Sumber Daya Air (SDA) Dudi Gardesi menyebut Pemprov DKI menmemiliki lima program antisipasi dampak banjir.

"Setidaknya ada lima program yang dilakukan, yakni Gerebek Lumpur, drainase vertikal (sumur resapan), pemeliharaan pompa, penanganan banjir rob melalui NCICD, dan pengelolaan sistem polder," ujar Dudi.

Gerebek Lumpur, kata Dudi merupakan pengerukan atau pengurasan lumpur di kali, sungai, dan waduk. Sehingga, daya tampung air pada musim hujan menjadi maksimal.

Pada tahun 2020, untuk waduk, jumlah yang sudah dikeruk sebanyak 23 waduk, dengan volume pengerukan 446.402,9 m3. Lalu, untuk pengerukan kali, total sebanyak 93 lokasi, dengan volume pengerukan 279.967,5 m3. Sementara itu, saluran penghubung yang sudah dikeruk sebanyak 390 saluran, dengan volume pengerukan 121.002,6 m3.

Namun, Dudi mengaku bahwa program Gerebek Lumpur tak kunjung selesai dilakukan. Sebab, Dudi mengibaratkan pengerukan kali seperti memotong rumput di jalan tol. Kata dia, ketika kali, sungai, atau waduk dikeruk, lumpur yang ada akan kembali mengendap. 

"Kalau dihitung kapan selesai, ini merupakan pekerjaan seperti motong rumput di jalan tol. Kalau kita mulai potong di kilometer 0 dan selesai di kilometer 60, rumput di kilometer 0-nya sudah tumbuh lagi. Pengerukan itu seperti itu siklusnya," ujar Dudi.

Program selanjutnya yakni drainase vertikal atau sumur resapan. Hingga 31 Desember 2020, telah tersedia 2.974 titik sumur resapan di 777 lokasi, seperti di RPTRA, Gedung Pemda, Sekolah, Taman Kota, dan Masjid. Namun, sumur resapan yang dibuat sampai akhir tahun 2020 belum mencapai target sebanyak 5.000 titik.

Kemudian, untuk penanganan banjir rob melalui NCICD, Dinas SDA DKI telah menentukan lokasi prioritas pembangunan tanggul pantai, yaitu Kamal Muara, Kali Blencong, Kali Adem-Muara Angke, Pantai Muara, Sunda Kelapa, dan Tanjung Priok. 

Selanjutnya, Pemprov DKI akan membangun dan merehabilitasi polder selama 2021-2022. Daerahnya berada di Kelapa Gading, Pulo Gadung, Cakung-Cilincing, Makassar, Cipayung, Penjaringan, Pademangan, dan Kembangan-Kedoya.

Selain itu, Dudi mengaku pihaknya terus memelihara pompa. Saat ini, ada 487 pompa stationer di 178 lokasi, serta 175 pompa mobile di 5 wilayah.

Siapkan pengungsian banjir

Plt. Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI, Sabdo Kurnianto menyebut Pemprov DKI sudah menyiapkan tenda pengungsian banjir selama musim hujan.

Sabdo menyebut, jika banjir terjadi dan warga terpaksa harus mengungsi, tenda tersebut akan didirikan. Nantinya, tenda pengungsian bagi masyarakat umum akan dipisahkan kelompok rentan dan orang yang dinyatakan suspek COVID-19.

"Kami telah menetapkan layout penempatan tenda pengungsi dengan protokol kesehatan COVID-19, yakni memisahkan tenda pengungsi umum, tenda kelompok rentan seperti ibu hamil dan lansia, serta tenda kontak erat/suspek COVID-19," tutur Sabdo.

Sabdo menuturkan Pemprov DKI juga akan melakukan pemeriksaan rapid test antigen bagi warga yang akan mengungsi karena banjir. Langkah skrining tes kepada pengungsi banjir di musim hujan selama pandemi dilakukan untuk mencegah penularan COVID-19.

"Di masa pandemi COVID-19, kita harus tetap menerapkan protokol kesehatan. Jadi, persoalan rapid antigen ini bagian yang bisa dilakukan dan insyaallah kita siap untuk barangnya sendiri," ujarnya.

Jika hasil tes dinyatakan negatif, maka warga bisa langsung menuju lokasi pengungsian. Sementara, jika ada hasil tes yang dinyatakan positif COVID-19, akan dilanjutkan dengan tes PCR. Kemudian, mereka akan dirujuk di rumah sakit rujukan atau tempat isolasi yang disediakan Pemprov DKI.