Bagikan:

JAKARTA - Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto memandang Indonesia memiliki satu kelebihan sekaligus kelemahan, yakni warganya yang kadang terlalu ramah dengan bangsa lain.

Prabowo mencontohkan bagaimana Indonesia bisa dijajah oleh Belanda selama ratusan tahun. Diawali dengan niat berdagang, bangsa Belanda kemudian justru menjajah Indonesia dalam waktu yang tak singkat.

Hal ini Prabowo sampaikan dalam konsolidasi akbar Partai Gerindra di Jakarta International Velodrome, Jakarta Timur.

"Ini kelebihan bangsa Indonesia tapi juga kelemahan kita. Kadang-kadang kita terlalu ramah, kadang-kadang kita terlalu baik, sehingga tamu yang datang lama-lama tak mau pulang. Pertama bertamu, kedua dia minta izin boleh enggak saya dagang di sini. Kita kasih izin. Padahal, kalau kita ke negara mereka, kita minta izin, belum tentu dikasih," kata Prabowo, Minggu, 16 Juli.

Menurut Prabowo, Belanda dan bangsa penjajah lainnya tergiur untuk datang ke Indonesia karena Tanah Air memiliki kekayaan sumber daya alam yang melimpah. Hal ini, lanjut dia, didukung dengan sikap keramahan warga Indonesia kepada pendatang.

"Kita diberi kekayaan yang berlimpah karena kekayaan itu barisan kita selalu dililit oleh bangsa lain. Kenapa mereka ke sini? Memang mau piknik? Mau Wisata? Tidak, saudara-saudara. Mereke ke sini karena kekayaan-kekayaan kita. Datanglah spanyol, datanglah Portugis, datanglah Perancis, Inggris, Belanda, Mongol, Jepang, mereka datang enggak pulang-pulang ratusan tahun," urainya.

Dari penjajahan ini, Prabowo mengungkit soal sejarah kelam bangsa Indonesia. Saat itu, rakyat Tanah Air pun tak mendapat hak semestinya di negara sendiri.

Pada tahun 1978, Prabowo pernah melihat sebuah prasasti peninggalan Belanda di kolam renang daerah Manggarai, Jakarta Selatan. Prasasti tersebut menuliskan larangan warga pribumi untuk berenang.

"Saya kaget di situ ada kata-kata dalam bahasa Belanda 'honden en irlander forbodden' artinya anjing dan prbumi dilarang," ungkap Prabowo.

Namun demikian, Prabowo meminta meminta masyarakat tidak lagi menyimpan dendam. Warga RI mesti tetap berkelakuan baik kepada bangsa lain.

"Jangan kita tidak dendam. Kita bangsa besar kita bangsa yang hati kita ramah, ajaran orang tua kita baik, ajaran kiai baik, ajaran semua agama yang ada di Indonesia kebaikan. Jangan benci, jangan dendam. Walaupun kita dihina, saya tidak mengajak benci mereka, tidak," imbuhnya.