BALIKPAPAN - Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) terus memantau keberadaan seekor buaya muara (Crocodilus porosus) yang terlihat berkeliaran di perairan Kilang Pertamina Balikpapan, Kalimantan Timur, sejak Jumat (30/6).
”Tindakan seperti apa yang diperlukan nanti berdasarkan hasil pantauan tersebut,” kata Kepala Seksi Konservasi Wilayah III BKSDA Balikpapan, Bambang Hari Trimarsito dikutip ANTARA, Senin, 3 Juli.
Untuk sementara ini, pihaknya menyarankan Pertamina membuat tanda-tanda peringatan di sekitar tempat munculnya buaya tersebut. Bila karyawan akan beraktivitas di dekat air maka hendaknya waspada.
"Kami berkoordinasi terus dengan Pertamina, terutama untuk memantau kawasan di mana buaya tersebut muncul," katanya.
Kemunculan buaya itu sendiri, kata dia, diduga kuat sedang sedang mencari makan. Buaya disebut Bambang tidak memilih mangsa.
Menurutnya, buaya bisa cukup memakan ikan, udang, dan kepiting, Sedangkan bila di hutan mangrove juga berburu bekantan.
Di kawasan Samboja, Kutai Kartanegara, buaya mengincar hewan peliharaan seperti anjing dan mau naik ke darat untuk mengejar mangsanya itu.
Bahkan seperti banyak kejadian di Kutai Timur, buaya juga memangsa manusia. Setiap tahun ada saja laporan orang hilang saat beraktivitas di pinggir sungai, dan setelah beberapa hari, ditemukan di dalam perut buaya
Selain itu, kata dia, ada pula kemungkinan mencari habitat baru karena di sekitar Kilang Pertamina Balikpapan, terutama di kawasan mangrove, adalah habitat buaya bersama dengan margasatwa lainnya.
Menurut dia bisa jadi buaya keluar dari habitat aslinya sebab persaingan dalam mencari makanan, baik dengan sesama buaya atau pun dengan nelayan.
"Bisa pula karena terjadi kerusakan di habitatnya. Kawasan mangrove Graha Indah misalnya, juga muara Sungai Somber, menghadapi tekanan yang besar dari perubahan fungsi kawasan. Begitu pula dengan kawasan mangrove di sisi selatan Teluk Balikpapan atau di bagian Penajam Paser Utara," katanya.
BACA JUGA:
Sementara itu, dari penampakannya, panjang buaya tersebut diperkirakan sekitar 2,5 meter. Dari ukurannya itu, diperhitungkan usianya lebih kurang 20 tahun.
”Kalau jenis kelamin kita tidak bisa tentukan hanya dengan melihat penampakannya,” katanya.
Hal tersebut, kata Bambang Hari Trimarsito, karena buaya, baik jantan ataupun betina, tidak ada memiliki perbedaan penampilan. Bentuk dan penampakan buaya jantan atau betina lebih kurang sama.
Sementara itu Pengendali Ekosistem Hutan (PEH) Ahli Muda SKW Balikpapan, M Fahruroji menjelaskan bahwa untuk mengetahui pastinya harus meraba bagian kloaka atau lubang di bawah perut si buaya.
Bila buaya itu jantan, kata dia, maka di kloakanya akan terasa sesuatu mengganjal alias ada tangkurnya. Bila betina, tidak ada ganjalan itu.
"Tentu saja hanya yang berpengalaman menangani satwa tersebut yang bisa melakukan pengecekan seperti itu," kata M Fahruroji.