Kemenkes Pastikan Stok 5 Juta Vaksin COVID-19 Cukup Hingga Akhir Tahun
ILUSTRASI ANTARA

Bagikan:

JAKARTA - Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan Maxi Rein Rondonuwu mengemukakan Indonesia masih menyisakan persediaan vaksin COVID-19 sebanyak 5 juta dosis yang cukup untuk memenuhi kebutuhan hingga akhir 2023.

"Kebijakan vaksinasi COVID-19 sampai akhir tahun belum menghabiskan sisa stok vaksin yang mencapai 5 juta," kata Maxi Rein Rondonuwu dilansir ANTARA, Senin, 3 Juli.

Dia mengatakan persediaan vaksin merek IndoVac dan InaVac itu bersumber dari kemampuan produksi dalam negeri yang melibatkan perusahaan farmasi PT Bio Farma dan PT Biotis Pharmaceuticals Indonesia.

"Dua perusahaan tersebut telah menyokong kemampuan nasional dalam memperoleh vaksin COVID-19 sejak awal 2023," katanya.

Maxi mengatakan pemanfaatan persediaan vaksin pada masa endemi sedang dibahas bersama pihak terkait dari kalangan epidemiolog serta Indonesia Technical Advisory Group of Immunization (ITAGI).

Poin pembahasan itu berkaitan dengan proses integrasi layanan vaksinasi COVID-19 ke dalam program rutin nasional, interval penyuntikan, sasaran peserta, hingga mekanisme pembiayaan.

Pembahasan itu merujuk pada panduan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang mengarahkan pemberian vaksin COVID-19 kepada kelompok berisiko, seperti lansia dan mereka yang berkomorbid.

"Untuk mereka yang belum mengakses vaksinasi primer, pemerintah akan menanggung biayanya," kata dia.

Maxi menargetkan ketentuan terkait vaksinasi COVID-19 pada masa endemi akan rampung pada 2024.

Pada agenda yang sama, Epidemiolog dari Griffith University Australia Dicky Budiman mengatakan produksi vaksin dalam negeri merupakan kebijakan strategis di tengah ancaman COVID-19 yang masih ada pada masa endemi sekarang.

"Transisi dari fase akut ke status endemi yang benar-benar terkendali itu butuh 20 hingga 30 tahun. Artinya, kebutuhan vaksin akan selalu ada terutama yang primer bagi anak-anak," katanya.

Dia mengatakan ketergantungan pada produksi impor membuat Indonesia menjadi negara tertinggal karena kemampuan produksi vaksin yang tidak mudah.

Menurut Dicky, terdapat tiga skenario yang dapat mengubah status pandemi ke endemi, yakni karena vaksin dan obat atau ada faktor yang membuat perilaku virus berubah.

"Begitu banyak dampak vaksin, termasuk penurunan kematian sampai 47 persen dan penurunan kasus baru sekitar 37 persen," katanya.