BIAK - Atraksi budaya tradisional suku Biak, Papua, menginjak batu panas atau apen bayeren merupakan permainan unik dan langka di dunia. Atraksi ini jadi daya tarik wisatawan dalam Festival Biak Munara Wampasi.
Atraksi ini bisa dimainkan laki-laki dan perempuan tanpa alas kaki dengan diiringi tari wor di hadapan masyarakat adat ketika keluarga besar marga Yapen, Penasifu, Osbabor, dan Asyerem melakukan upacara adat (munara).
Acara apen bayeren biasa dimainkan pada upacara mengangkat pemimpin daerah hingga acara pengangkatan tetua adat (mamberi atau mansonanem), mengantar emas kawin (yakyaker), dan acara lain seperti Festival Biak Munara Wampasi (BMW) pada 1-- 8 Juli 2023.
"Atraksi budaya suku Biak apen bayeren merupakan warisan budaya leluhur nenek moyang orang asli Biak yang secara turun temurun dijaga keasliannya hingga saat ini," ujar tokoh adat Biak Alfaris Yapen dilansir dari ANTARA.
Sebagai pewaris apen bayeren, putra asli Papua selaku generasi keempat pewaris dari marga Yapen tersebut salah seorang yang meneruskan atraksi budaya berjalan di atas batu panas.
Budaya suku Biak selama ini sudah banyak dikenal dunia luar karena memiliki beberapa keunggulan jenis atraksi budaya adat istiadat. Kekayaan budaya hingga kini tetap hidup.
Menjaga dan merawat budaya daerah suku Biak merupakan tanggung jawab bersama semua elemen masyarakat adat di Kabupaten Biak Numfor.
"Anak muda Biak tidak boleh lupa akan jati dirinya. Salah satunya, mengenalkan budaya asli suku Biak Apen Bayeren lewat Festival Biak Munara Wampasi hingga ke luar negeri," kata Alfaris.
Ritual Khusus
Bagi keluarga pewaris atraksi budaya asli suku Biak, apen bayeren tidak dapat dimainkan di sembarang tempat. Sebab setiap peserta atraksi harus melakukan ritual khusus.
Menurut Alfaris, sebelum atraksi apen bayeren, pihak bermain harus memiliki hati yang bersih. Jiwa raga peserta atraksi harus terhubung dengan leluhur nenek moyang.
"Kami tidak hanya mengandalkan kekuatan diri tetapi harus saling memberikan doa dan menguatkan sesama peserta," kata Alfaris.
Atraksi apen bayeren diharapkan senantiasa dapat memberikan hiburan masyarakat maupun wisatawan yang menonton langsung pada ajang Festival Biak Munara Wampasi 2023.
Alfaris menegaskan, tak sekadar festival yang ingin ditunjukan, penampilan anak-anak muda pewaris apen bayeren tersimpan harapan dan keinginan kuat agar budaya asli suku Biak tetap lestari sepanjang zaman.
Melestarikan Budaya Biak
Ketua Dewan Adat Biak Manpun JJK Mandibodibo mengaku tidak semua suku Biak bisa memainkan atraksi apen bayeren karena hanya dapat dimainkan oleh marga keluarga tertentu.
Untuk di Biak, menurut Manpun, yang bisa tampil berjalan di atas batu panas hanya orang tertentu yang memiliki hubungan keluarga satu dengan lainnya.
Menurutnya, suku Biak itu satu. Hanya, untuk budaya tetap dijaga pelestariannya oleh marga tertentu. Salah satunya apen bayeren yang dimiliki keluarga marga Yapen dari Kampung Adoki, Distrik Yendidori.
Sementara itu Kepala Kanwil Kementerian Hukum dan HAM Papua Anthonius M. Ayorbaba meminta pemerintah daerah bersama dinas pariwisata dapat melindungi atraksi budaya tradisional berjalan di atas batu panas milik suku Biak.
Bentuk perlindungan yang harus diberikan pemerintah dengan cara mendaftarkan permainan apen bayeren sebagai hak cipta.
Tujuan didaftarkan sebagai hak cipta, menurut Anthonius, supaya atraksi budaya apen bayeren terjaga keasliaan dan dilindungi secara hukum.
Ketika sudah didaftar maka pihak Kanwil Kemenkumham hanya butuh mengidentifikasi kelompok masyarakat.
"Jika atraksi ekspresi masyarakat didaftar pemiliknya maka punya legalitas untuk dilindungi secara hukum," katanya.
Keuntungan lain diperoleh jika sudah terdaftar, generasi muda suku Biak bisa melihat dan tidak hilang hingga lintas generasi.
Setelah terdaftar, mereka dapat mengetahui sejarah apen bayeren lewat sistem milik Kementerian Hukum dan HAM Republik Indonesia. Dia berharap Dinas Pariwisata Biak Numfor segera mendaftarkan apen bayeren sebagai ekspresi budaya tradisional kepada Kemenkumham lewat Kanwil Papua.
Untuk persyaratan saat didaftar harus ada pengakuan dan penanggung jawab dari masyarakat adat setempat.
Syarat lain didaftar hak cipta masyarakat adat dengan menceritakan tentang silsilah dari apen bayeren suku Biak. Cerita ini tinggal dirangkum untuk didaftarkan kepada Kemenkumham.