Bagikan:

JAKARTA - Selubung udara tercemar akibat kebakaran hutan di Kanada mendorong lebih jauh ke Pesisir Atlantik pada hari Kamis, menyelimuti Washington DC, dengan kabut asap yang tidak sehat dan membuat banyak penduduk ibu kota memilih untuk tetap berada di dalam rumah.

Lalu lintas lengang dan kereta api tidak seramai biasanyam karena banyak perusahaan di kota ini meminta karyawannya untuk bekerja dari rumah. Beberapa layanan kota yang tidak penting ditangguhkan, termasuk taman dan rekreasi, pembangunan jalan dan pengumpulan sampah.

Tim bisbol Washington Nationals membatalkan pertandingan kandangnya, sementara Kebun Binatang Nasional ditutup.

Ini adalah kasus terburuk asap kebakaran yang menyelimuti wilayah Timur Laut AS dalam lebih dari 20 tahun terakhir, menurut layanan prakiraan cuaca swasta AccuWeather.

Sementara, Layanan Cuaca Nasional AS memperluas peringatan kualitas udara dari New England ke South Carolina, serta beberapa bagian Midwest, termasuk Ohio, Indiana dan Michigan. Asap mencapai Norwegia pada Hari Kamis, menurut para ilmuwan yang melacak tingkat partikulat di Skandinavia.

Jutaan orang Amerika telah disarankan untuk tetap berada di dalam rumah jika memungkinkan, untuk menghindari masalah pernapasan dan masalah kesehatan lainnya yang dapat timbul karena tingginya tingkat partikulat halus di atmosfer.

Data pemerintah menunjukkan pembacaan kualitas udara di atas level "berbahaya" di Washington pada Hari Kamis

Marvin Binnick, yang pindah ke Washington dari Nebraska sebulan yang lalu, mengatakan bahwa menyaksikan asap kebakaran hutan bergulung ke ibukota negara dari apartemennya di lantai 12 adalah hal yang tidak masuk akal.

"Seharusnya ini adalah hari yang cerah, tapi saya tidak bisa melihat langit atau matahari atau apapun," ujar kata Binnick, melansir Reuters 9 Juni.

"Biasanya D.C cukup ramai - tetapi dalam perjalanan ke tempat kerja dan dalam perjalanan pulang hari ini, kota ini tampak seperti kota hantu," lanjutnya.

Banyak orang mengenakan masker di luar rumah saat lapisan asap tebal menyelimuti ibu kota. Kabut asap yang pekat, yang berbau abu, menutupi bagian atas Monumen Washington dari pandangan.

"Masalah ini kemungkinan akan terus berlanjut atau memburuk sampai hari Jumat," kata Wali Kota Washington Muriel Bowser dalam sebuah tweet.

"Kami mengimbau warga dan pengunjung untuk mengikuti tindakan pencegahan," sambungnya.

Di New York, yang sehari seblumnya tertutup kabut asap, kualitas udara tetap menjadi salah satu yang terburuk di dunia pada Hari Kamis, dengan polusi yang mirip dengan yang ditemukan di kota-kota yang selalu berkabut seperti Dhaka dan Delhi, menurut IQAir.

Meskipun bau kayu terbakar masih tercium, langit pada Kamis pagi lebih cerah dibandingkan Hari Rabu, namun menjelang malam, kabut asap kembali menebal.

Setelah dua hari di mana sekolah-sekolah membatalkan kegiatan di luar ruangan, termasuk latihan olahraga dan jam istirahat. Sistem sekolah negeri New York mengumumkan, lebih dari 1 juta siswanya akan beralih ke pembelajaran jarak jauh pada Hari Jumat.

Asap mendorong para pejabat penerbangan untuk menghentikan penerbangan yang masuk ke bandara-bandara utama di New York dan Philadelphia dari wilayah Timur Laut, Mid-Atlantik, dan Ohio untuk hari kedua. Semua penerbangan menuju bandara di Newark, New Jersey, bandara utama di wilayah New York, ditunda.

Kondisi berasap kemungkinan akan terus berlanjut hingga Hari Minggu, ketika sistem badai baru menggeser arah angin yang ada, kata ahli meteorologi Layanan Cuaca Nasional, Peter Mullinax.

Meskipun kondisi ini telah mengganggu kehidupan sehari-hari bagi jutaan orang Amerika, dampaknya terhadap ekonomi AS kemungkinan akan terbatas dan berlangsung singkat, menurut Ryan Sweet, kepala ekonom AS di Oxford Economics.

Di Kanada, tempat asal asap, pemerintah federal memberikan peringkat "risiko tinggi" kepada Toronto berdasarkan kualitas udara pada Kamis sore, sementara kota-kota lain seperti Ottawa dan Montreal berada dalam "risiko rendah" karena kondisi berasap sudah berkurang.

Negara ini mengalami awal musim kebakaran terburuk yang pernah ada, dengan ribuan orang terpaksa mengungsi dari rumah mereka.