Bagikan:

JAKARTA - Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta melakukan pengamatan mingguan terhadap penyakit-penyakit terkait kualitas udara Jakarta yang tidak sehat.

"Kami selalu melakukan pengamatan mingguan terhadap penyakit-penyakit potensial KLB (kejadian luar biasa) yang diperkirakan berhubungan dengan kualitas udara," kata Kepala Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta Ani Ruspitawati dilansir ANTARA, Rabu, 7 Juni.

Ani menjelaskan penyakit-penyakit yang dihubungkan dengan kualitas udara di Jakarta itu bersifat endemis (selalu ada) dan dapat dilihat dari tren kasus berdasarkan waktu.

"Penyakit menular endemis yang biasa dihubungkan dengan kualitas udara (polutan/bahan pencemaran) antara lain ISPA (infeksi saluran pernapasan akut), PPOK (penyakit paru obstruktif kKronis) dan pneumonia (radang paru-paru)," jelas Ani.

Sedangkan penyakit yang biasa dihubungkan dengan kondisi iklim, kata Ani seperti kelembapan, musim hujan atau kemarau, dan lain sebagainya yaitu demam berdarah dengue (DBD), diare, penyakit bakteri (typhoid) dan hepatitis A.

Ani menyebutkan tren penyakit yang diperkirakan berhubungan dengan kualitas udara hampir seluruhnya meningkat, kecuali DBD karena berhubungan dengan kelembapan.

"Perlu studi lebih lanjut untuk memastikan bahwa peningkatan kasus beberapa penyakit tersebut berhubungan dengan kualitas udara di DKI Jakarta," ucap Ani.

Berdasarkan data Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta, penyakit Pneumonia DKI Jakarta pada 2022 awal mencapai sekitar 200 orang, sedangkan pada 2023 di minggu yang sama naik menjadi 400 orang.

Lalu, kasus influenza-like Illness (ILI) DKI Jakarta pada 2022 minggu ke-21 mencapai sekitar 300 orang, sedangkan pada 2023 di turun menjadi kurang dari 100 orang.

Kemudian, kasus diare akut DKI Jakarta pada 2022 minggu ke-21 mencapai sekitar dua ribu lebih orang, sedangkan pada 2023 naik menjadi 6.000 orang.

Sama halnya seperti kasus thypoid di DKI Jakarta pada 2022 minggu ke-21 mencapai hampir mencapai 300 orang, sedangkan pada 2023 naik menjadi 400 orang.

Berbeda dengan kasus lainnya, penyakit DBD mengalami penurunan drastis. Pada 2022 minggu ke-21 mencapai hampir 200 orang, sedangkan pada 2023 turun drastis menjadi di bawah 100 orang.

Sebelumnya, pada Selasa (6/6), indeks kualitas udara di Jakarta berada di angka 120 dengan polutan PM 2.5 dan nilai konsentrasinya berada di angka 43.1 µg/m³ (mikrogram per meter kubik).

Dengan angka itu, Jakarta masuk dalam posisi kelima di dunia dengan penghasil udara yang tidak baik.

Menanggapi hal tersebut, Ani berharap kualitas udara di Provinsi DKI Jakarta dan sekitarnya membaik dengan adanya kerja sama dan peran pemerintah bersama-sama masyarakat.