Bagikan:

JAKARTA - Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (Dirjen PPR) Menteri Keuangan telah melaksanakan penetapan hasil penjualan Savings Bond Ritel (SBR) seri SBR009. SBR009 merupakan instrumen Surat Berharga Negara (SBN) ritel pertama yang diterbitkan di tahun 2020.

Dikutip dari keterangan resmi Dirjen PPR, disebutkan bahwa total volume pemesanan pembelian SBR009 yang telah ditetapkan adalah sebesar Rp2.255.246.000.000,00 (dua triliun dua ratus lima puluh lima miliar dua ratus empat puluh enam juta rupiah). Dana hasil penjualan SBR009 tersebut akan dipergunakan untuk memenuhi sebagian kebutuhan pembiayaan APBN 2020, antara lain untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia.

Penjualan SBR009 berhasil melebihi target indikatif sebesar Rp2 triliun, dengan total investor sebanyak 11.247. Jumlah investor baru SBR009 ini sebanyak 6.539 investor (58,14 persen dari total investor SBR009) dengan jumlah nominal pembelian SBR009 sebesar Rp1,13 triliun (50,02 persen dari total seluruh nominal pembelian SBR009).

Total jumlah investor baru didominasi oleh generasi milenial yaitu sebanyak 55,0 persen. Peneliti ekonomi dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Bhima Yudhistira mengatakan, hal tersebut merupakan progres yang baik karena milenial di tengah mudahnya akses informasi sudah lebih melek investasi sejak duduk dibangku sekolah.

Menurutnya, investasi kalangan milenial tersebut ada yang uangnya masih pinjam orang tua, tapi ada juga yang berinvestasi dari gaji meskipun baru awal bekerja.

"Pemasaran SBR ini cukup masif dari satu tahun terakhir dan pembeliannya bisa lewat fintech. Jadi milenial beli surat utang mirip dengan top up dompet digital," ujar Bhima kepada VOI, Senin 17 Februari.

Adapun investor setia yang selalu membeli SBR secara online dari seri SBR003 hingga SBR009 sebanyak 99 investor dengan nominal pembelian sebesar Rp18,70 miliar, yang didominasi oleh Generasi X. Penerbitan SBR009 berhasil menjangkau seluruh provinsi (34 provinsi) di Indonesia.

Mayoritas investor SBR009 (71,01 persen) melakukan pemesanan dengan nominal sampai dengan RP100 juta, tetapi bila dilihat dari volume pemesanan, sebagian besar investor membeli pada nominal lebih dari Rp1 miliar.

Total jumlah investor terbesar SBR009 berasal dari generasi milenial, dengan jumlah 5.733 investor (50,97 persen). Namun, apabila dilihat berdasarkan volumenya, pemesanan terbesar dilakukan oleh Generasi Baby Boomers (Rp943 miliar atau 41,82 persen dari total pemesanan SBR009).

Berdasarkan profesi, jumlah investor SBR009 didominasi Pegawai Swasta (4.107 investor). Namun, secara volume didominasi oleh Wiraswasta (Rp867 miliar).

Rata-rata volume pemesanan SBR009 per investor sebesar Rp200,52 juta. Terdapat 886 investor yang melakukan pembelian sebesar Rp1 juta.

Sebaran jumlah investor SBR009 berdasarkan kelompok usia dan profesi yang lebih rinci adalah sebagai berikut:

Kelompok Usia

1. Generasi Z (>2000) / <19 tahun (Jumlah Investor 0,51 persen).

2. Generasi Milenial (1980-2000) / 19-39 tahun (Jumlah Investor 50,97 persen).

3. Generasi X (1965-1979) / 40-54 tahun (Jumlah Investor 28,03 persen).

4. Generasi Baby Boomers (1946-1964) / 55–73 tahun (Jumlah Investor 28,03 persen).

5. Generasi Tradisionalis (1928-1945) / 74–91 tahun (Jumlah Investor 1,71 persen).

Pembagian usia generasi mengacu pada Sprague (2008), Casey and Denton (2006).

Salah satu investor dari kalangan usia milenial yang bernama Ahda Baihaqi mengaku membeli instrumen investasi ini. Pemuda berusia 25 tahun ini membeli SBR009 untuk menabung mengingat SBR009 ini bebas risiko.

Tentang SBR009

Pemerintah menerbitkan Surat Berharga Negara berjenis Savings Bond Ritel (SBR) seri 009 yang dikhususkan untuk pemodal individu (ritel). Seri SBR009 ini adalah salah satu dari enam seri SBN ritel yang rencananya akan ditawarkan sepanjang tahun 2020.

Sebagai instrumen investasi, SBR009 memberikan keuntungan berupa kupon (bunga) sebesar minimal 6,30 persen per tahun, yang berasal dari suku bunga acuan Bank Indonesia, BI 7-day Reverse Repo Rate 5,0 persen ditambah spread tetap 1,30 persen. Kupon tersebut bersifat floating with floor alias bisa naik tetapi tidak bisa turun dari batas minimal.

Meski kupon dihitung berupa persentase selama setahun, pembayarannya dilakukan per bulan dan langsung masuk ke rekening investor. Artinya, besaran yang didapat adalah kupon per tahun tersebut dibagi dengan 12 bulan.

Masyarakat bisa memesan SBR009 secara online melalui mitra distribusi yang sudah ditunjuk oleh Kementerian Keuangan. Modal untuk membeli SBR009 sangat terjangkau, mulai Rp1 juta (1 unit) saja, dan maksimal Rp3 miliar (3.000 unit) selama masa penawaran.

Jika seorang investor membeli SBR009 senilai Rp1 juta, maka investor akan memeroleh kupon kotor senilai Rp63.000 per tahun, atau setara Rp5.250 per bulan. Namun, kupon ini belum memperhitungkan potongan pajak.

Pemerintah mengenakan pajak 15 persen dari kupon yang diterima investor karena kupon ini tergolong penghasilan investasi. Perlu diketahui, besaran pajak kepada investor SBR ini lebih rendah dibandingkan pajak deposito yang ditetapkan sebesar 20 persen.

Dari pemerintah, kupon SBR009 akan dibayarkan tiap bulan setiap tanggal 10 dengan pembayaran pertama pada 10 April 2020. Bila tanggal 10 jatuh di hari libur, maka kupon akan dibayarkan pada hari kerja berikutnya tanpa tambahan biaya atau kompensasi.

Untuk SBR009, masa penawaran telah berakhir pada 13 Februari 2020. Adapun SBR009 masa penawaran SBR009 ada di tanggal 27 Januari-13 Februari 2020.

Pada 2020, Pemerintah menjadwalkan enam kali penerbitan instrumen surat berharga negara (SBN) ritel. Frekuensi itu lebih sedikit dibandingkan dengan realisasi pada 2019 yang mencapai 10 kali penerbitan.

Pada tahun lalu, Pemerintah merilis SBN ritel hampir setiap bulan. Pada 2020, SBN ritel akan terbit pada Januari, Februari dan Juni untuk paruh pertama 2020. Lalu, sisanya akan terbit pada Agustus dan dua instrumen sekaligus pada Oktober.

Seri-seri yang dirilis, yakni surat berharga ritel (SBR) seri SBR009 dan SBR010, sukuk ritel (SR) seri SR012, sukuk tabungan (ST) seri ST007 dan ST008, serta obligasi negara ritel (ORI) seri ORI017.