Bagikan:

JAKARTA - Bank Dunia (World Bank) mengapresiasi komitmen dan upaya konsisten Indonesia dalam mentransformasi ekonomi Indonesia menuju ekonomi hijau dan berkelanjutan. Apresiasi ini disampaikan langsung oleh Kepala Perwakilan Bank Dunia untuk Indonesia dan Timor-Leste, Satu Kahkonen, kepada Kepala Staf Kepresidenan Dr. Moeldoko di Gedung Bina Graha Jakarta, Selasa 16 Mei petang.

“Pertumbuhan ekonomi Indonesia memang berdampak pada produksi emisi karbon, sama seperti yang terjadi di negara-negara berkembang lainnya. Namun, kabar gembiranya, laju produksi emisi karbon di Indonesia tidak sepesat pertumbuhan pendapatan per kapitanya,” kata Satu Kahkonen.

“Intinya, ekonomi Indonesia dapat terus tumbuh, namun di waktu yang bersamaan, Indonesia juga mengurangi produksi emisi karbon,” imbuhnya.

Konsisten

Menurut data dari the Indonesia Country Climate and Development Report (CCDR), angka pertumbuhan ekonomi Indonesia konsisten mengalami peningkatan, namun angka emisi karbon di Indonesia justru menunjukkan tren penurunan.

Moeldoko menerima perwakilan Bank Dunia. (IST)
Moeldoko menerima perwakilan Bank Dunia. (IST)

Tak hanya itu, berbagai kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan pemulihan lahan rusak, pencegahan deforestasi, perbaikan pemetaan lahan, dan pembentukan lembaga khusus untuk pengelolaan lahan, dinilai membuahkan hasil yang signifikan untuk menurunkan produksi emisi karbon.

Moeldoko, sebaliknya, juga mengapresiasi Bank Dunia yang telah menghasilkan riset independen CCDR yang menjelaskan hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan perubahan iklim sekaligus memotret bagaimana profil pertumbuhan ekonomi dan upaya-upayanya mengatasi perubahan iklim.

“Pemerintahan Presiden Joko Widodo memberikan perhatian yang sangat besar terkait dengan isu perubahan iklim. Misalnya dalam jangka panjang, Indonesia telah berkomitmen untuk menargetkan netral karbon di tahun 2060 mengikuti mandat Paris Agreement. Bahkan saat Indonesia menjabat Presidensi G20 tahun lalu, salah satu tema bahasan besar dalam pertemuan-pertemuan pentingnya adalah tentang green economy dan transisi energi,” kata Moeldoko.

Ia juga menyebutkan beberapa kebijakan Presiden Jokowi yang dianggap efektif mengurangi angka deforestasi di Indonesia salah satu diantaranya adalah terkait Instruksi Presiden (Inpres) No. 8 Tahun 2018 tentang Penundaan dan Evaluasi Perizinan Perkebunan Kelapa Sawit atau Inpres moratorium sawit. Selain itu, Presiden Jokowi juga sudah menyiapkan pembangunan kawasan industri hijau terbesar di dunia seluas 30.000 hektar di Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara).

“Jika berbicara tentang hubungan yang baik antara pertumbuhan ekonomi dan pengurangan emisi, saya optimis Indonesia memimpin dalam hal ini. Pemerintah menaruh perhatian dan komitmen besar terhadap transisi energi dan ini bukan hanya jargon atau janji kosong,” pungkas Moeldoko.