Pecah Rekor! Neraca Perdagangan Surplus 21 Miliar Dolar AS, Tertinggi Sejak 2011
Aktivitas bongkar muat di Pelabuhan JITC (Foto: JITC)

Bagikan:

Jakarta – Badan Pusat Statistik (BPS) menyebut Indonesia berhasil membukukan kinerja positif dalam perdagangan internasional dengan catatan surplus 21,71 miliar. Kepala BPS Suhariyanto mengatakan bukuan tersebut merupakan yang paling tinggi sejak periode 2011 silam.

“Secara keseluruhan kenaikan ekspor kita terjadi karena volume dan harga komoditas yang tinggi, itu menyebabkan performa ekspor pada 2020 sangat cemerlang” ujarnya dalam konferensi pers secara virtual, Jumat, 15 Januari.

Lebih lanjut dian menjelaskan bahwa nilai ekspor Indonesia Desember 2020 mencapai 16,54 miliar dolar AS  atau meningkat 8,39 persen dibanding ekspor November 2020. Demikian juga dibanding Desember 2019 meningkat 14,63 persen.

“Secara kumulatif, nilai ekspor Indonesia Januari hingga Desember 2020 mencapai 163,31 miliar dolar AS atau menurun 2,61 persen dibanding periode yang sama 2019, demikian juga ekspor nonmigas mencapai 155,00 miliar dolar AS atau menurun 0,57 persen,” tuturnya.

Adapun, peningkatan terbesar ekspor nonmigas Desember 2020 terhadap November 2020 terjadi pada lemak dan minyak hewan/nabati sebesar 264,2 juta dolar AS (11,23 persen), sedangkan penurunan terbesar terjadi pada besi dan baja sebesar 77,7 juta dolar AS (6,06 persen).

Menurut sektor, ekspor nonmigas hasil industri pengolahan Januari– Desember 2020 naik 2,95 persen dibanding periode yang sama 2019, demikian juga ekspor hasil pertanian naik 13,98 persen, sementara ekspor hasil tambang dan lainnya turun 20,70 persen.

Ekspor nonmigas Desember 2020 terbesar adalah ke Tiongkok yaitu 3,32 miliar dolar AS, disusul Amerika Serikat 1,87 miliar dolar AS dan Jepang 1,25 miliar dolar AS, dengan kontribusi ketiganya mencapai 41,50 persen. Sementara ekspor ke Uni Eropa (27 negara) sebesar  1,27 miliar dolar AS.

Menurut provinsi asal barang, ekspor Indonesia terbesar pada Januari–Desember 2020 berasal dari Jawa Barat dengan nilai 26,59 miliar dolar AS (16,28 persen), diikuti Jawa Timur 20,31 miliar dolar AS (12,44 persen) dan Riau 13,77 miliar dolar AS (8,43 persen).