Bagikan:

JAKARTA - Chen Qiushi, seorang citizen jurnalis yang kerap menggunggah laporan terkait situasi terkini dari wabah virus corona (2019-nCoV) di Wuhan, dilaporkan hilang. Sejumlah kerabat dan keluarga tak bisa lagi menghubungi Chen, sejak pekan lalu. 

Menghilangnya jurnalis tersebut membuat spekulasi bahwa pihak berwenang China kembali membungkam orang-orang yang "berani" membahas virus corona. Terlebih Chen yang juga seorang aktivis hak asasi manusia di China.

Chen tiba di Wuhan sejak 24 Januari lalu, atau sehari setelah pemerintah China memutuskan mengisolasi ibu kota Provinsi Hubei tersebut demi mencegah penyebaran virus corona. Karena tak bisa meninggalkan Wuhan, Chen memutuskan berkeliling dan mengunjungi sejumlah rumah sakit, hingga tempat isolasi di kota tersebut dan mendokumentasikannya.

Beragam video dan foto-foto dari kondisi terkini di Wuhan itu, lalu diunggah di media sosialnya. Di saat yang bersamaan ketika Chen hilang, Li Wenliang, seorang dokter yang pertama kali memperingatkan virus corona juga meninggal. Dokter berusia 34 tahun itu juga sempat mendapat hukuman dari pihak berwenang China karena menyebarluaskan informasi terkait virus corona kepada dunia.

Dilansir dari The Guardian, Chen terakhir kali terlihat sedang mengunjungi satu rumah sakit, pada Kamis pekan lalu. Sejak saat itu, baik teman-teman dan keluarganya putus kontak dengan Chen hingga sekarang. 

"Saya ibu Chen Qiushi. Tolong, teman online dan terutama yang berada di Wuhan, tolong bantu saya temukan Chen Qiushi dan cari tahu apa yang terjadi padanya," katan ibu Chen Qiushi dalam sebuah unggahan video yang diposting di halaman Twitter Chen.

Hilangnya Chen terjadi ketika pemerintah Cina berjuang untuk menahan kemarahan publik atas penanganan virus tersebut. Kemarahan publik itu telah mencapai tingkat baru setelah kematian Li.

Chen Qiushi juga sebelumnya pernah ditahan karena mengunggah sebuah rekaman video aksi protes di Hong Kong. Ia juga kerap melaporkan mengenai wabah virus corona di rumah sakit dan di jalan-jalan Wuhan sejak 23 Januari 2020.

Dalam videonya, ia tampak hanya menggunakan kacamata dan masker wajah, tidak seperti wartawan media pemerintah yang mengenakan pakaian penuh perlindungan. 

Dalam sebuah video yang diunggah pada 30 Januari, Chen bercerita bahwa ia mengunjungi rumah sakit yang penuh dengan pasien, kebanyakan dari mereka menggunakan oksigen dan banyak dari mereka berbaring di koridor. Video tersebut mencakup cuplikan seorang pria yang baru saja meninggal di kursi roda. 

"Saya takut. Di depan saya ada penyakit. Di belakang saya ada kekuatan hukum dan administrasi China. Tetapi selama saya hidup saya akan berbicara tentang apa yang telah saya lihat dan apa yang saya dengar. Saya tidak takut mati. Kenapa aku harus takut padamu, Partai Komunis?” ujar Chen dalam sebuah video. 

Chen Qiushi, yang memiliki lebih dari 200.000 pengikut di Twitter dan lebih dari 400.000 subscriber di Youtube-nya, mengunggah video secara rutin dari Wuhan, di mana ia mengunjungi rumah sakit dan berbicara dengan pasien dan dokter. Seperti dokter Li, ia dipandang oleh publik sebagai warga negara biasa yang berusaha membantu orang lain.