Perang Sarung Berujung Maut, Orang Tua Diminta Pantau Kegiatan Anak Selama Ramadan
Belasan remaja warga Desa Sukamulya, Kecamatan Sukaluyu, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, diamankan petugas saat hendak perang sarung dengan remaja lain, Selasa (28/3/2023).(ANTARA)

Bagikan:

JAKARTA - Pemerhati anak, Retno Listyarti mengingatkan orang tua untuk memantau kegiatan anaknya selama bulan Ramadan. Sebab, perang sarung yang kerap dilakukan anak saat bulan Ramadan telah memakan korban.

Pada Ramadan tahun ini, perang sarung kembali berujung maut. Salah satunya pada 25 maret 2023, aksi perang sarung di Pasar Kemisn, Tangerang, Banten, mengakibatkan korban jiwa. Polisi mengamankan 18 remaja yang terlibat beserta barang bukti.

“Ternyata, sarung tidak kosong, namun ada yang dimasukan pipa hingga besi. Inilah yang berakibat fatal ketika mengenai lawan,” kata Retno dalam keterangannya, Rabu, 29 Maret.

Tidak hanya orang tua, Retno meminta para guru di sekolah juga perlu melakukan edukasi pada anak-anak agar mengisi kegiatan bermanfaat di bulan Ramadan. Anak-anak perlu diberi pengertian untuk tidak melakukan perang sarung jika niatnya adalah untuk melukai lawan karena sarung diisi dengan benda-beda tumpul dan tajam.

"Pengawasan media sosial anak juga bisa dilakukan bersama-sama antara guru dan orang tua, karena umumnya janjian perang sarung dilakukan melalui media sosial. Pengawasan orangtua berperan sangat penting untuk memastikan bahwa sehabis saur, anak-anak yang ijin hendak sholat subuh berjamaah ke masjid tidak melakukan perang sarung," urainya.

Mantan Komisioner KPAI ini berujar, sejatinya perang sarung merupakan tradisi permainan para remaja untuk mengisi kegiatan di bulan Ramadan. Biasanya, perang sarung dilakukan usai sahur dan salat Subuh.

“Di wilayah Banyumas, misalnya, perang sarung lebih seperti permainan, dimana sarung yang ujungnya diangkat dan berbentuk bulat bertujuan untuk dijadikan senjata menyerang lawan bermain, namun tidak terasa sakit. Sehingga para pemain hanya tertawa tawa ketika terkena ujung sarung lawan”, jelas Retno.

Dalam permainan Perang Sarung, umumnya memang 2 kelompok yang akan saling berhadapan itu janjian terlebih dahulu untuk bertemu dan bertanding perang sarung.

Hanya saja, belakangan permainan ini berubah jadi tawuran atau perkelahian antar kelompok. Di mana tujuannya bukan untuk bermain, mengisi waktu luang dan bersenang senang, namun tujuannya untuk melukai atau melumpuhkan lawan. Bahkan, belakangan ujung sarung dimasukan batu bahkan ada juga besi sehingga ketika dipukulkan ke pihak lawan akan terasa sakit bahkan terluka.

"Jika mengenai kepala atau mata akan sangat fatal dampaknya, ini yang menyebakan kemudian menimbulkan korban jiwa," imbuhnya.