Bagikan:

YOGYAKARTA - Nampaknya usulan dari Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia( Persero) alias KAI Didiek Hartantyo memang bikin banyak pertanyaan oleh pemerintah dan publik. Lalu, apa alasan dan seperti apa sih profil Didiek Hartantyo?

Didiek Hartantyo mengatakan, salah satu alasan keinginan memasukkan KRL bekas oleh PT Kereta Commuter Indonesia( KCI).

Di hadapan badan Komisi VI DPR, Didiek bilang kalau kemampuan PT KCI buat membeli KRL terkini amat terbatas karena profit PT KCI cuma dipatok 10 persen saja dampak terdapatnya public service obligation( PSO).

Buat pengadaan 16 trainset kereta anyar lewat PT INKA saja, PT KCI paling tidak memerlukan modal dari PT KAI kurang lebih Rp 800 miliyar sampai Rp 1 triliun serta lebihnya dengan pinjaman.

Kemampuan KCI untuk membeli kereta baru itu sangat terbatas," ujarnya saat RDP dengan Komisi VI DPR RI di Gedung DPR, Jakarta, Senin (27/3/2023).

Profil Didiek Hartantyo

Didiek Hartantyo resmi menjabat selaku Direktur Utama (Dirut) PT Kereta Api Indonesia (Persero) alias KAI. Didiek menggantikan Edi Sukmoro yang menjabat Dirut KAI semenjak 2014 lalu.

Didiek merupakan bankir yang berkarier di PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. Pada 26 Januari 2016, Didiek masuk KAI serta menjabat selaku Direktur Keuangan.

Didiek lulus dari Universitas Sebelas Maret, Surakarta, pada 1985. Ia menuntaskan Program MBA di Daniel School of Business, University of Denver, USA pada 1995.

Didiek mengawali kariernya selaku Officer Development Program di Bank Export Import Indonesia pada 1988. Di kala bank itu berasosiasi dengan Bank Mandiri pada 1999, ia berada di anak perusahaannya di Hong Kong.

Didiek mempunyai karir yang jauh di bank serta pengalamannya mencakup di aspek Manajemen Perbendaharaan, Manajemen Resiko, Perbankan Internasional serta Lembaga Keuangan, Perbankan Korporat, serta Real Estat Perusahaan.

Alasan Usulkan Impor Ceretta Bekas

Ia menarangkan, harga 1 KRL anyar sebesar Rp 20 miliyar akibatnya 1 trainset KRL anyar menggapai Rp 200 miliyar.

Nilai itu amat besar bila dibanding dengan bayaran yang dikeluarkan buat membeli kereta bekas impor. Ia mengatakan, 1 KRL impor bekas dengan harga Rp 1, 6 miliyar sehingga 1 trainset KRL impor bekas jadi Rp 16 miliyar.

"Sehingga biaya operasional pasti akan bengkak," ujarnya.

Tidak hanya lebih ekonomis, KRL bekas juga sesudah dicoba konservasi masih bisa dipakai sampai 15 tahun terkait jaminan suku cadang ataupun sparepartnya.

Apalagi sehabis lewat dari 15 tahun, KRL bekas ini masih bisa dicoba retrofit ataupun modifikasi teknologi serta fitur sehingga dapat dipakai lagi sampai lebih dari 10 tahun.

"Setelah diimpor, selama jaminan sparepartnya masih memadai itu masih bisa jalan. Dan saya bertanggung jawab mengenai keselamatan, kalau memang kereta-kereta itu tidak layak dijalankan, tidak layak keselamatan, saya akan hentikan," tegasnya.

Jadi setelah mengetahui profil Didiek Hartantyo, simak berita menarik lainnya di VOI, saatnya merevolusi pemberitaan!