Bagikan:

JAKARTA - Ketua Umum Partai Bulan Bintang (PBB) Yusril Ihza Mahendra akan menemui Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar atau Cak Imin di kantor DPP Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) di Jalan Raden Saleh, Cikini, Jakarta Pusat, pada Kamis, 16 Maret, sore ini.

Sekretaris Jenderal PBB Afriansyah Noor mengkonfirmasi agenda tersebut akan berlangsung pada pukul 16.00 WIB.

"Betul, DPP PBB akan berkunjung ke PKB sore jam 16.00 WIB," ujar Afriansyah saat dikonfirmasi, Kamis, 16 Maret.

Afriansyah mengungkapkan, pertemuan Yusril dan Cak Imin beserta jajaran akan membahas soal koalisi Pilpres 2024. "Betul, (bahas, red) koalisi," katanya.

Selain itu, kata dia, kedua parpol juga akan membicarakan terkait persiapan Pemilu 2024. "Dan persiapan Pemilu 2024 untuk indonesia raya NKRI," imbuhnya.

Agenda tersebut juga sudah dibenarkan Ketua DPP PKB Daniel Johan. Namun dia mengaku belum mengetahui topik apa yang akan dibahas dalam pertemuan ini.

"Infonya seperti itu. Tapi saya belum update detailnya," kata Daniel saat dikonfirmasi, Kamis, 16 Maret.

Sebelumnya, PBB mengunjungi PPP di kantor DPP PPP, Jalan Diponegoro, Menteng, Jakarta Pusat, Senin, 13 Maret. Ketua Umum PBB Yusril Ihza Mahendra, mengatakan pertemuan sesama partai politik Islam itu untuk membahas soal koalisi pada Pemilu 2024 agar tetap eksis ke depannya.

"Bahas koalisi dan bagaimana caranya mempertahankan eksistensi Partai Islam, agar jangan lenyap ditelan zaman," ujar Yusril kepada wartawan, Senin, 13 Maret.

Dia menjelaskan, pertemuannya dengan pimpinan PPP hanya untuk memperkuat eksistensi partai-partai Islam. Karena menurutnya, perpolitikan Indonesia harus imbang antara dua kekuatan politik besar yaitu Islam dan nasionalisme.

"Di negeri kita ini dua kekuatan politik besar tetap harus ada Islam dan Nasionalisme. Kekuatan politik Islam makin terkikis oleh pragmatisme dan politik uang," jelas pakar hukum tata negara ini.

Yusril menuturkan, partai Islam sangat bergantung pada umat untuk eksis. Pasalnya, tidak ada pemodal yang mau mendanai partai Islam.

"Enggak ada konglomerat yang mau mendukung kekuatan politik Islam. Semua tergantung pada umat Islam sendiri," kata Yusril.