6 Dampak Thrifting Impor yang Mungkin Tak Disadari Penggemarnya
Ilustrasi baju bekas thrifting (Unsplash)

Bagikan:

YOGYAKARTA – Tren thrifting impor kini banyak digandrungi anak muda. Kegiatan tersebut berupa membeli pakaian bekas impor yang dikirim dari luar negeri dan dijual di Indonesia. Sayangnya, banyak masyarakat yang belum menyadari dampak thrifting impor, baik dari segi ekonomi, kesehatan, hingga lingkungan.

Seperti diketahui, thrifting adalah istilah yang digunakan pada aktivitas pembelian pakaian bekas impor bermerk yang dengan harga miring sebagai alternatif belanja pakain bermerk baru yang harganya tinggi. Pakaian yang dibeli dalam aktivitas  thrifting bisa beragam mulai dari kaos, kemeja, celana, jaket, hoodie, topi, rompi, dan masih banyak lagi.

Dampak Thrifting Impor

Meski saat ini banyak digandrungi, kegiatan thrifting baju impor adalah kegiatan ilegal. Tidak hanya melanggar hukum, thrifting baju impor menimbulkan efek negatif yang dirasakan oleh banyak pihak. Beberapa efek negatifnya adalah sebagai berikut.

  1. Mematikan UMKM Lokal

Seperti dijelaskan sebelumnya, penggemar thrifting memburu pakaian bermerk bekas dengan harga terjangkau. Mereka lebih memilih baju bekas bermerk global dibanding pakaian yang diproduksi oleh UMKM lokal.

Jika trend thrifting terus terjadi, UMKM lokal berpotensi mengalami penurunan penjualan karena harus bersaing dengan produk  thrifting. Persaingan tidak hanya pada ranah harga namun juga kualitas yang hanya dicapai dengan modal besar.

  1. Mengurangi Pendapatan Negara

Harus diketahui bahwa Pemerintah melarang aktivitas impor baju bekas sampai saat ini. Sedangkan produk pakaian bekas yang berhasil sampai di Indonesia tidak melalui jalur resmi alias ilegal. Hal itu merugikan negara.

  1. Mengikis Rasa Cinta pada Produk Lokal

Perburuan baju thrifting impor dilakukan demi mengejar baju bekas bermerk internasional. Padahal merk lokal bisa bersaing dengan produk internasional yang diburu penggemar thrifting, terutama dari segi kualitas. Keadaan ini berpotensi mengikis rasa cinta masyarakat terhadap produk lokal yang selama ini digencarkan oleh Pemerintah.

  1. Dampak Ekonomi

Tren thrifting bisa pula berdampak pada roda perekonomian negara. Saat masyarakat banyak membeli pakaian bekas impor, industri konveksi di Tanah Air akan sulit berkembang. Hal itu bisa memicu penurunan omset hingga lebih parahnya kebangkrutan. Saat kondisi tersebut terjadi, potensi PHK pada pekerja konveski akan semakin besar dan ekonomi makin melemah.

  1. Terinveksi Jamur Kapang

Salah satu dampak thrifting yang cukup berbahaya adalah yang berkaitan dengan kesehatan. Ditemukan jamur kapang pada pakaian bekas yang diimpor dari luar negeri ke Indonesia. Cemaran jamur tersebut berpotensi mengganggu kesehatan pemakainya. Efek jamur kapang pada baju menimbulkan efek galat, alergi, iritasi, hingga infeksi. Jamur kapang di baju bahkan susah hilang meski dicuci beberapa kali.

  1. Negara Jadi “Tempat Sampah” Tekstil Negara Maju

Baju thrifting biasanya diimpor dari negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Korea Selatan, China, dan masih banyak lagi. Pakaian tersebut dihimpun dengan beragam cara yang tidak diketahui secara persis. Yang jelas, baju tersebut bisa berupa stok lama yang tertimbun dalam waktu lama atau bisa berupa baju bekas dari masyarakat negara maju.

Banyak pakaian thrifting berbahan polyester. Bahan ini membutuhkan waktu lama untuk terurai. Bahkan dekomposisinya butuh waktu bertahun-tahun. Tren thrifting sendiri menyebabkan penumpukan sampah konveksi yang tidak laku atau sudah tidak terpakai lagi mengingat usia pakaian bekas lebih singkat dibanding pakaian baru.

Itulah beberapa dampak thrifting impor. Kunjungi VOI.ID untuk mendapatkan informasi menarik lainnya.