Bagikan:

JAKARTA - Dua kasus pembunuhan wanita terkenal beberapa waktu belakangan ini telah memicu beragam reaksi di media sosial China terhadap promosi pernikahan dari pemerintah.

Banyak yang berpendapat wanita terlalu sedikit mendapat perlindungan dari kekerasan dalam rumah tangga.

Dua kasus pembunuhan yang memicu reaksi netizen China yakni kematian wanita berusia 24 tahun di pedesaan provinsi Henan yang ditikam sampai mati oleh suaminya selama "perselisihan keluarga" minggu lalu.  

"Setelah itu dia (pelaku) ditangkap," kata pihak berwenang dilansir dari Reuters via Chanelnewsasia, Rabu, 1 Maret. 

Kasus kedua yaitu Abby Choi, sosialita dan model berusia 28 tahun yang dimutilasi. Mantan suami korban dan dua anggota keluarga ditangkap karena dicurigai melakukan pembunuhan.

Pembunuhan para wanita dari ujung spektrum sosial yang berlawanan mengguncang media sosial, dengan semakin banyak orang yang mempertanyakan seruan pemerintah untuk menikah dan lebih banyak bayi untuk mengimbangi krisis demografis di China. 

"Jika kamu tidak menikah, kamu dipukuli oleh pacarmu. Jika kamu menikah, suamimu memukulimu. Jika kamu bercerai, mantan suamimu memukulimu. Apa yang terjadi dengan dunia ini?" salah satu anggota masyarakat menulis di platform Weibo.

"Tidak menikah dan tidak punya anak memang paling aman," kata netizen lain yang memposting.

Tagar Weibo "wanita berusia 24 tahun meninggal setelah ditikam delapan kali oleh suaminya" mencatat lebih dari 200 juta tampilan pada hari Selasa saja. Media mengatakan korban di Henan, bermarga Yang dan memiliki dua anak kecil. 

Video media sosial yang beredar pada hari Senin menunjukkan puluhan warga yang marah di kampung halaman korban bentrok dengan polisi, meskipun Reuters tidak dapat memverifikasi lokasi rekaman tersebut.

Gagasan tradisional tentang pernikahan dan kewajiban keluarga tetap kuat di China meskipun banyak orang muda mulai mempertanyakan hal ini.  Beberapa poster media sosial menyoroti sulitnya meninggalkan pernikahan yang penuh kekerasan setelah diberlakukannya "masa tenang" wajib selama 30 hari pada tahun 2021 bagi pasangan yang ingin bercerai.

Banyak juga yang mengkritik "memprioritaskan pria daripada wanita". Pola pikir konservatif yang umum di beberapa bagian pedesaan China, yang menimbulkan ketidakseimbangan gender yang mencolok dalam populasi China karena aborsi selektif jenis kelamin selama beberapa dekade kebijakan satu anak

Negara ini memiliki sekitar 722 juta laki-laki dibandingkan dengan 690 juta perempuan. Populasi China turun tahun lalu untuk pertama kalinya dalam enam dekade.

Kedua pembunuhan tersebut merupakan insiden terbaru yang menimbulkan pertanyaan kemarahan tentang perlakuan terhadap perempuan.

Tahun lalu, laporan tentang seorang ibu dari delapan anak yang ditemukan dirantai di sebuah gudang di provinsi Jiangsu dan video yang dibagikan secara luas tentang sekelompok perempuan pengunjung yang dipukuli oleh beberapa pria di kota utara Tangshan memicu kemarahan dan perdebatan tentang kekerasan terhadap perempuan.

Oktober lalu China mengesahkan undang-undang perlindungan perempuan baru yang menargetkan diskriminasi gender dan pelecehan seksual, meskipun undang-undang itu juga menyerukan perempuan untuk "menghormati nilai-nilai keluarga".

Perundang-undangan itu muncul ketika para aktivis menyatakan keprihatinan tentang meningkatnya retorika pemerintah yang mempromosikan peran perempuan tradisional, yang dipandang oleh sebagian orang sebagai kemunduran bagi hak-hak perempuan.