Bagikan:

JAKARTA - Polda Metro Jaya menyebut para debt collector tak hanya memaki anggota Bhabinkamtimbas di balik rangkaian peristiwa perampasan mobil selebgram Clara Shinta. Tetapi, ada aksi pemaksaan secara fisik maupun psikis.

"Bukan hanya sekedar memaki. Ada ancaman fisik maupun psikis dan ancaman kekerasan," ujar Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya Kombes Hengki Haryadi kepada wartawan, Kamis, 23 Februari.

Pemakasan yang dilakukan para debt collector itu menyebabkan anggota Bhabinkamtimbas tak bisa berbuat apapun saat insiden terjadi.

Padahal, anggota itu hanya hendak mendamaikan dan mencarikan jalan tengah dari perdebatan antara para debt collector dengan selebgram Clara Shinta.

"Sehingga petugas yang sendirian ini bisa berbuat atau tidak berbuat," ungkapnya.

Dalam kasus ini, mereka dijerat dengan Pasal 214 KUHP tentang pengancaman terhadap petugas. Selain itu, mereka juga akan disangkakan denga pasal pidana lainnya seperti pencurian dengan kekerasan, pemerasan, hingga perbuatan tidak menyenangkan.

Persangkaan pasal itu berdasarkan laporan polisi yang telah dibuat Clara Shinta beberapa waktu lalu.

"Kita konstruksikan pasalnya antara lain adalah Pasal 365 tentang pencurian dengan kekerasan, Pasal pemerasan, dan juga perbuatan tidak menyenangkan, sebagaimana kita ketahui dalam undang-undang fidusia," kata Hengki.

Adapun, dalam rangkaian insiden itu melibatkan tujuh sebt collector. Saat ini, tiga di antaranya sudah telah ditangkap.

Dari ketiga orang penasih utang itu, satu di antaranya diringkus di wilayah Ambon. Diduga, dia sengaja melarikan diri setelah aksinya membentak polisi viral di media sosial.

"Satu pelaku kita kejar sampai ke Saparua Ambon," kata Hengki.

Sebagai informasi, aksi para debt collector itu bermula dari proses penarikan mobil milik selebgram Clara Shinta di kediamannya apartemen kawasan Jakarta Selatan, Rabu, 8 Februari.

Namun, dalam prosesnya mereka menggunakan cara memaksa. Bahkan, sopir selebgram itu sempat diancam akan dibunuh.

Terlebih, anggota Bhabinkamtimbas yang mencoba mendamaikan dan mencarikan jalan tengah justru menjadi sasaran mereka.