JAKARTA - Strategi blusukan yang dilakukan Menteri Sosial (Mensos) Tri Rismaharini dinilai tidak efektif untuk warga DKI Jakarta. Bila itu manuver politik jelang Pilkada DKI Jakarta, 2022 mendatang, maka Risma salah sasaran.
Pengamat Kebijakan Publik, Trubus Rahadiansyah mengatakan, penerapan strategi ini sudah pernah dilakukan oleh Joko Widodo (Jokowi) saat maju sebagai Gubernur DKI dan calon Presiden periode kedua, hingga Anies Baswedan-Sandiaga Uno. Sayangnya, banyak janji yang disampaikan saat blusukan justru tidak terealisasi.
"Blusukan itu seperti marketing politik tetapi dalam praktik untuk Jakarta, masyarakat sudah enggak percaya. Urusannya hanya PHP (Pemberi Harapan Palsu), hanya janji-janji politik doang, mana realisasi dari blusukan? Jarang,!"," kata Trubus saat dihubungi VOI, Rabu, 6 Januari.
BACA JUGA:
Di DKI Jakarta misalnya janji rumah dengan down payment (DP) Rp0 atau program OkeOce yang menjadi jualan kampanye Anies Baswedan-Sandiaga Uno saat maju di Pilkada DKI. Atau, lanjut Trubus, janji Jokowi mengenai pembangunan waduk hingga pembuatan gorong-gorong mengantisipasi banjir Jakarta.
"Kalau cuma ngomong saat blusukan ya boleh saja tetapi buktinya mana? Mana realisasinya? Jadi kalau Risma mau jual itu ya udah enggak laku, momennya sudah enggak pas. Masyarakat Jakarta sudah tidak percaya," terang dia.
Trubus mensinyalir, langkah Risma merupakan manuver politik menyambut Pilkada DKI Jakarta. Hanya tipikal warga ibu kota jauh berbeda dengan Surabaya yang pernah dipimpin Risma sebagai Wali Kota.
"Dia (Risma) membayangkan Jakarta sama dengan Surabaya, kan kota kecil itu (Surabaya), ibu kota negara ya beda jauh, lebih kompleks," terang dia.