YOGYAKARTA - Pemerintah Indonesia telah berhasil merealisasikan target penurunan emisi karbon sebesar 91 juta ton CO2. Data dari Kementerian ESDM menunjukkan penurunan emisi karbon di Indonesia pada 2022 mencapai 91,5 juta ton. Pencapaian ini menjadi kabar baik bagi masyarakat Indonesia. Namun sebagian orang masih belum tahu apa itu emisi karbon.
Penurunan emisi karbon di Indonesia pada tahun ini lebih baik dibandingkan tahun lalu, yakni naik sebesar 30,71%. Kementerian ESDM mengungkapkan bahwa pencapaian tersebut bisa terwujud lewat aksi mitigasi implementasi energi baru terbarukan (EBT). Hal ini tentu saja dapat mengurangi risiko buruk akibat emisi karbon.
Pasalnya emisi karbon membawa dampak buruk bagi kehidupan, baik pada manusia maupun alam. Pada tahun 2018, World Resource mencatat Indonesia berada di urutan ke-8 sebagai negara penghasil emisi karbon. Aktivitas manusia menjadi salah satu sumber emisi karbon tersebut. Sayangnya, masih banyak orang yang belum paham apa itu emisi karbon dan dampaknya bagi kehidupan.
Apa Itu Emisi Karbon
Dari segi bahasa, istilah emisi karbon berasal dari gabungan dua kata, yaitu ‘emisi’ dan ‘karbon’. Emisi berkaitan dengan proses perpindahan suatu benda. Berdasarkan Cambridge Dictionary, emisi adalah sejumlah gas, cahaya, panas, dan lain-lain yang dikirimkan keluar. Istilah ini sering dipakai untuk menyebut emisi cahaya, emisi panas, hingga emisi karbon.
Karbon merupakan suatu elemen yang ada dan menyusun kehidupan. Karbon bisa berasal dari tubuh manusia, tanaman, hingga makanan. Karbon memang diperlukan untuk keseimbangan siklus hidup manusia.
Emisi karbon adalah gas yang keluar dari hasil pembakaran senyawa yang mengandung gas karbon, seperti CO2, Solar, LPG, dan bahan bakar lainnya. Emisi karbon bisa diartikan secara sederhana sebagai pelepasan karbon ke atmosfer.
Emisi karbon menjadi salah satu penyebab terjadinya perubahan iklim bersama dengan emisi gas rumah kaca. Emisi gas yang berlebihan menimbulkan dampak pemanasan global atau efek rumah kaca. Kondisi ini akan membuat suhu di bumi meningkat secara signifikan.
Penyebab Emisi Karbon
Emisi karbon terjadi karena berbagai aktivitas manusia dalam penggunaan gas atau pembakaran senyawa yang mengandung karbon. Diperlukan pengukuran jejak karbon untuk mengetahui besaran emisi yang sudah dihasilkan.
Berdasarkan Ensiklopedia Britannica, jejak karbon merupakan jumlah emisi karbon dioksida (CO2) yang berkaitan dengan segala aktivitas seseorang atau entitas lain seperti perusahaan, bangunan, negara, dan lainnya.
Setiap orang perlu sadar atau memahami berbagai penyebab terjadinya emisi karbon yang berlebihan. Wawasan ini penting dimiliki mengingat bahaya emisi karbon akan berdampak ke manusia itu sendiri dan kehidupannya. Berikut berbagai aktivitas emisi karbon yang dapat memicu peningkatan gas rumah kaca atau perubahan iklim.
- Pemakaian energi listrik dan air yang berlebihan. Indonesia masih mengandalkan batubara sebagai penghasil energi listrik, sehingga masih menghasilkan sisa karbon lebih banyak. Selain itu, air bersih yang semakin susah juga membuat proses pengolahan menghasilkan gas karbon.
- Pembakaran bahan bakar fosil. Aktivitas seperti memasak dan memakai transportasi dapat menghasilkan karbon dioksida. Aktivitas tersebut jika dilakukan oleh banyak orang dan dilakukan secara berlebihan akan menghasilkan emisi karbon yang berbahaya bagi lingkungan.
- Perubahan pemakaian lahan, seperti deforestasi hutan, perkebunan, hingga pertanian. Aktivitas tersebut membuat siklus gas karbon di bumi menjadi tidak seimbang.
- Kegiatan industri, peternakan, dan perkebunan. Misalnya proses produksi sebuah pabrik dan kotoran hewan ternak yang mengandung gas karbon.
Dampak Emisi Karbon
Berbagai aktivitas di atas jika dilakukan dalam kurun waktu tertentu, tentu akan menghasilkan emisi karbon yang berbahaya. Berikut sejumlah dampak emisi karbon jika terus dibiarkan meningkat.
- Peningkatan suhu di bumi. Suhu yang dirasakan semakin panas atau sudah tidak sedingin dahulu.
- Mencairnya es di kutub akibat suhu tinggi. Akibatnya permukaan air laut menjadi naik dan menyebabkan rob di wilayah pesisir.
- Erosi di pantai atau pesisir. Semakin banyak daratan yang tenggelam secara perlahan akibat terjadinya kenaikan air laut.
- Satwa liar sulit beradaptasi dengan perubahan iklim. Akibat cuaca yang berubah secara ekstrim, banyak hewan yang stres hingga berpotensi mati atau punah.
- Potensi kebakaran hutan. Akibat cuaca atau gelombang panas yang terus meningkat, maka lahan hutan kering berpotensi mudah terbakar.
- Masalah pernafasan dan penyakit menular. Cuaca esktrem dapat menyebabkan terjadinya masalah pada pernafasan. Selain itu, polusi udara dari aktivitas emisi karbon dapat mengganggu pernafasan. Kondisi ini bisa memunculkan sejumlah penyakit, seperti kanker, TBC, pneumonia, dll.
BACA JUGA:
Demikianlah ulasan mengenai apa itu emisi karbon, penyebab, dan dampaknya bagi kehidupan. Jika dibiarkan, emisi karbon bisa menjadi boomerang bagi kehidupan manusia karena ada banyak dampak buruk yang ditimbulkan. Pemerintah Indonesia menargetkan penurunan emisi karbon sebesar 116 juta ton pada 2023. Jumlahnya pun diproyeksikan mencapai 142 ton pada tahun selanjutnya.
Ikuti terus berita terkini dalam negeri dan luar negeri lainnya di VOI . Kamu menghadirkan terbaru dan terupdate nasional maupun internasional.