JAKARTA - Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengaku berbahagia dengan ziarah yang dilakukan ribuan Nahdliyin bersama jajaran PBNU ke makam KH Hisyam Abdul Karim, pendiri Pondok Pesantren Roudlatus Sholichin Kalijaran, Kecamatan Karanganyar, Purbalingga.
KH Hisyam Abdul Karim diketahui merupakan kakek dari Siti Atikoh, istri Ganjar Pranowo.
"Hari ini menjadi sangat istimewa bagi kami sekeluarga, karena dalam peringatan Satu Abad NU, ribuan nahdliyin bersama jajaran PBNU berbondong-bondong ziarah untuk mengenang perjalanan dan perjuangan Mbah Hisyam," kata Ganjar dalam unggahan di akun Instagram pribadinya, Selasa 7 Februari.
"Semoga spirit dan laku Mbah Hisyam menular kepada kita semua untuk menebar Islam yang penuh cinta dan menjunjung tinggi negara," ujarnya menambahkan.
Dalam unggahan itu, Ganjar bercerita sekitar tahun 1925an waktu hendak boyong dari Pondok Pesantren Jampes Kediri, Mbah Hisyam terlebih dahulu ke Ponpes Tebuireng untuk sowan kepada KH Hasyim Asy’ari.
Setelah beberapa waktu saat Mbah Hisyam hendak pamit, Mbah Hasyim justru masuk ke kamar lalu keluar membawa sebuah kitab.
"Betapa kagetnya Mbah Hisyam saat melihat Mbah Hasyim keluar dari kamar sambil membawa kitab Al Muwattha’," ujar Ganjar.
Ganjar berkata kitab Al Muwattha merupakan kitab kumpulan hadis yang disusun oleh Imam Malik yang selama beberapa tahun dicari Mbah Hisyam. Alangkah bersyukur dan bahagianya Mbah Hisyam saat Mbah Hasyim justru menyodorkan kitab itu sebagai hadiah.
Lebih lanjut, politisi PDI Perjuangan ini berkata setelah dari Jampes itu ternyata Mbah Hisyam Kalijaran mengurungkan niatnya untuk pulang ke kampung halaman.
Mbah Hisyam justru melanjutkan pengembaraan keilmuan ke Ponpes Buntet Cirebon, Ponpes Cilongok sampai di Sokaraja.
"Dan pada tahun 1929 atas restu dari para Kiai, beliau mendirikan Pondok Pesantren di dusun Sokawarah desa Kalijaran Purbalingga," ujar Ganjar.
Selain di pondok pesantren, Mbah Hisyam, kata Ganjar juga mengabdikan diri untuk pergerakan kemerdekaan dan berkibarnya NU di daerahnya.
Sampai akhirnya Mbah Hisyam menerima mandat sebagai Rais Syuriah PCNU Purbalingga selama 3 periode dari tahun 1973 sampai 1983.
"Bahkan beliau tetap berkhidmah di NU sampai menghembuskan nafas terakhirnya pada Kamis Kliwon, 12 Januari 1989," ujarnya.
Lebih dari itu, Ganjar menuturkan saat ini eksistensi Pondok Pesantren Sokawarah Kalijaran dalam menyebarkan ajaran ahlussunnah dikelola secara gotong royong para anak cucu Mbah Hisyam di bawah komando KH. Achmad Musta’id Billah, yang merupakan adik ayah mertuanya.
BACA JUGA:
Sebelumnya, Wakil Sekretaris Jendral PBNU Isfandiari Mahbub Djunaidi bersama para kiai dan ribuan nahdliyin berziarah ke makam KH Hisyam Abdul Karim, pendiri Pondok Pesantren Roudlatus Sholichin Kalijaran, Kecamatan Karanganyar, Purbalingga, Minggu (5/2/2023).
Kegiatan tahlil dan doa bersama itu merupakan rangkaian peringatan Harlah 1 Abad Nahdlatul Ulama (NU) di Kabupaten Purbalingga.
Mereka menilai KH Hisyam Abdul Karim adalah sosok ulama kharismatik, yang berperan penting dalam syiar Islam melalui NU.