JAKARTA - Anggota DPR RI Andre Rosiade sedang mendapat sosortan karena ikut terlibat saat penggerebekan perkara prostitusi online di kota Padang. Namun, muncul kontroversi dan dugaan jika Andre menjebak pekerja seks komersil (PSK) tersebut.
Penggerebekan itu berlansung pada Minggu, 26 Januari, di salah satu kamar hotel berbintang di kawasan Bundo Kanduang Padang. Wanita penghibur berinisial N (27) dan muncikari AS (24) berhasil diamankan.
Dugaan adanya unsur penjebakan pada perkara itu karena Andre mengunakan kamar yang disewa ajudannya untuk menggerebek wanita penghibur itu. Selain itu, ada juga isu yang beredar jika politikus Partai Gerindra itu yang memesan jasa esek-esek tersebut.
Akan tetapi, dugaan itu langsung dibantahnya. Andre berujar jika kamar itu memang pada awalnya diperuntukkan bagi ajudannya bernama Bimo. Namun, saat itu ajudannya bersedia untuk membantu meminjamkan kamarnya.
Sementara, soal isu dirinya yang memesan jasa wanita penghibur itu pun langsung ditepisanya. Ditegaskan, jika warga yang memesannya untuk membuktikan kepadanya soal banyaknya prostitusi di kota Padang.
"Masyarakat yang memesan, bukan saya yang memesan, masyarakat yang hadir di situ yang memesan, dan masyarakat itu yang menunggu di dalam kamar (untuk menggerebek)," ucap Andre, Rabu, 5 Februari.
Selain itu, ada juga selentingan isu soal wanita penghibur itu sudah berhubungan badan dengan pemesan, sebelum akhirnya digerebek. Andre lantas berucap jika isu tak benar adanya karena adanya barang bukti berupa alat kontrasepsi yang belum digunkan.
Bantahan itu juga diperkuat dari keterangan dua orang warga yang menunggu wanita penghibur itu di dalam kamar. Mereka menyebut tidak ada tindakan pelecehan terhadap wanita berinisial N tersebut. "Dari barang bukti yang dikumpulkan itu pertama barang bukti kondomnya masih utuh, lalu kedua pengakuan masyarakat di dalam enggak ada dipakai," kata Andre.
Bantahan terhadap isu-isu yang beredar itu pun diperkuat oleh pernyataan pihak kepolisian. Kabid Humas Polda Sumatera Barat Kombes Stefanus Satake Bayu mengatakan, meski ikut serta dalam penggerebekan prostitusi online, politikus Gerindra itu hanya berperan memberikan infomasi. Sementara, proses penindakan dan penyidikan langsung ditangin pihak kepolisian.
"Meski beliau memberikan informasi dan ada di lokasi, namun penindakan tetap dilakukan aparat kepolisian. Laporan polisinya dibuat Model A. Jadi petugas kepolisian yang di lapangan yang membuat laporan," kata Satake.
Sehingga, dengan adanya laporan-laporan soal keberadaan praktik prostitusi dapat mempermudah penyidik untuk mengungkapnya. Sebab, para pelaku kerap berpindah-pindah lokasi setiap melakukan aksinya. "Apa yang dilakukan Pak Andre adalah sesuatu yang sangat membantu tugas kepolisian. Dalam kasus ini, Andre memberikan informasi kepada kita tentang adanya prostitusi online tersebut," ucap Satake.
Meski demikian, penggerebekan yang dimotori Andre Rosiade mendapat respons negatif oleh Komisioner Komnas Perempuan Siti Aminah. Menurutnya, poltikus Gerindra itu tak perlu melakukan hal-hal yang menghebohkan hanya untuk membuktikan banyaknya prostitusi di kota Padang. Cara yang lebih elok bisa dilakukan, salah satunya dengan merujuk pada penelitian atau lain sebaginya.
"Saya pikir untuk membuktikan adanya prostitusi online tidak perlu dengan cara menggerebek, itu cara memalukan dan juga merendahkan martabat orang. Kalau mau tahu prostitusi online kan bisa dengan cara penelitian atau yang tidak menimbulkan sensasional," tegas Siti.