DENPASAR - Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) yang juga mantan Gubernur Bali Made Mangku Pastika mengatakan Bandara Bali Utara harusnya tetap diwujudkan. Alasannya Bandara Bali Utara sudah menjadi perjuangan sejak lama dan mimpi dari warga Kabupaten Buleleng.
"Mimpi orang Buleleng itu mimpi punya airport. Tiap dia bangun, dia inget airport-nya. Jadi kalau sampai tidak jadi mesti patut ditanya kenapa? Masalahnya ada apa?" kata Pastika di Denpasar, Bali dilansir ANTARA, Jumat, 3 Februari.
Menurut Pastika, pembahasan oleh para investor yang berminat membangun Bandara Bali Utara sudah sejak 2014-2015 atau saat dirinya masih menjabat Gubernur Bali.
Bandara baru di kawasan Bali Utara, sambung dia, menjadi penting melihat situasi di Bandara I Gusti Ngurah Rai saat ini pesawat mesti antre untuk terbang sekitar setengah hingga 1 jam.
Demikian juga ketika hendak mendarat masih harus berputar-putar dulu di utara untuk menunggu giliran.
"Ini kan berat bagi Bali ke depannya," ujarnya.
Dia berpandangan hal terpenting terkait rencana pembangunan Bandara Bali Utara itu justru dari sisi kelayakan teknologi penerbangannya.
"Jangan soal timur barat, timur barat, sudah ribut. Apalagi sok tahu seolah-olah paling tahu teknologi penerbangan karena itu ada studinya. Kadang kita kecepatan sudah berantem dulu," ujar Pastika.
BACA JUGA:
Pastika juga menceritakan sebelumnya sudah ada investor yang menyampaikan pemaparan dan bahkan sudah siap membiayai pembangunannya serta menyatakan Bandara Bali Utara itu bukan sekadar bandara.
"Mereka katanya punya network seluruh dunia. Di sana bukan sekadar airport, tetapi akan menjadi aerocity yang menjadi tempat reparasi pesawat-pesawat dunia yang selama ini pergi ke Singapura. Selain itu juga dapat menjadi hub," ucapnya.
Dengan demikian, uang yang diperoleh untuk balik modal pembangunan Bandara Bali Utara tidak hanya dari penumpang.
"Penumpang kalau bisa 10 juta orang satu tahun baru bisa balik (modal pembangunan bandara), itu pun selama 20 tahun," ujar Pastika.
Bandara Bali Utara Ditolak Megawati
Ketum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri pernah bercerita soal penolakan dirinya atas rencana pembangunan Bandara Internasional Bali Utara yang berlokasi di Kabupaten Buleleng, Bali.
Megawati menilai pembangunan bandara tersebut tidak strategis dan malah menghabiskan anggaran.
"Waktu dibangun lagi di Buleleng. Kan saya bilang keluarga besar saya di sana. Mau dibikin lapangan terbang, ngamuk saya. Saya panggil Pak Koster (Gubernur Bali) enak saja, aku bilang, hanya untuk ngubungin pariwisata, nggak gitu," kata Megawati saat memberikan pengarahan dalam kunjungan ke Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sanur, Senin, 16 Januari.
Penolakan Megawati ini disebut sampai ke telinga Presiden Jokowi. Akhirnya rencana pembangunan bandara Bali Utara dicoret dari proyek strategis nasional.
"Akhirnya Bapak Jokowi itu dengar, nggak thau (dengar) dari mana. Saya bilang sama Pram (Pramono), Pram tolong banget ini atas nama warga Bali. Aku bilang hanya jangan mikirin diri sendiri Pulau Bali ini saumprat, tau nggak. Penduduknya hanya berapa, terus yang mau didatangi ke sini hanya investor doang," ujarnya.
"Saya mau rakyat Bali saya, juga ada yang jadi pengusaha dan lain sebagainya. Lho iya kita ini udah negara merdeka berdaulat, rakyatnya bebas aktif merdeka, eh masih mau yang kayak gitu nggak saya bilang. Disampaikan ke Pak Jokowi. Kalau ini boleh ditulis, mau dimarahin bapak Jokowi, saya marah lagi," sambung Megawati
Mega menyebut penolakan atas rencana proyek bandara Bali Utara merupakan aspirasi warga Bali.
“Saya mewakili rakyat Bali. Kenapa sih, kebayang gak buang-buang duit-duit melulu mau dijadikan hub? Nggak aku bilang. saya bilang kalau nggak percaya panggil saja menterinya," ujarnya.