Dinas ESDM: Fenomena Pergerakan Tanah di Aceh Besar karena Batuan Tuf
Tempat usaha warga rusak akibat pergeseran tanah di Desa Suka Damai, Lembah Seulawah, Aceh Besar yang terjadi sejak Kamis (26/1)/ANTARA/BPBD

Bagikan:

BANDA ACEH - Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Aceh menyatakan fenomena pergerakan tanah yang terjadi di kawasan lembah Seulawah Kabupaten Aceh Besar karena adanya jenis batuan berupa lapisan satuan tuf.

"Di situ (Seulawah) memang kondisi tanahnya ada lapisan satuan tuf, yaitu batuan hasil letusan formasi gunung berapi Lamteuba," kata Kepala Dinas ESDM Aceh Mahdinur di Banda Aceh dilansir ANTARA, Kamis, 2 Februari.

Sebelumnya, tanah di Desa Suka Damai, Lembah Seulawah, Aceh Besar mengalami pergeseran sejak sepekan terakhir. Kondisinya semakin meluas hingga saat ini sudah mencapai kedalaman 1,3 meter.

Untuk mengetahui penyebabnya, Dinas ESDM Aceh telah melakukan peninjauan, penyelidikan, pengamatan dan analisa bersama tim geologi pada di lintasan badan jalan nasional Km 80-81 di lembah Seulawah itu hingga sudah diketahui permasalahannya.

Mahdinur menyampaikan, batuan dalam satuan tuf tersebut lebih cepat

mengalami swelling (mengembang) atau tingkat pengembangan yang tinggi. Sehingga, saat berada pada situasi hujan deras maka tanah di sana akan labil.

"Kemudian saat curah hujan tinggi maka tingkat lempengan juga tinggi, sehingga ada akumulasi air dan menjadi beban, maka dari situ berpotensi terjadinya longsor," ujarnya.

Apalagi, lanjut Mahdinur, kawasan tersebut setiap harinya juga dilewati mobil pengangkutan dengan beban tinggi, dan kondisi itu juga mempengaruhi terjadinya pergerakan tanah.

Menurut Mahdinur, pergerakan tanah di sana akan kembali terjadi jika terus diguyur hujan deras, dan tidak akan berhenti sampai dia menemukan titik keseimbangan.

Namun, untuk titik akhirnya sampai di mana sejauh ini belum diketahui, maka perlu segera dilakukan kajian secara mendalam sampai ditemukan solusi konkrit mengatasi peristiwa ini.

"Memang bisa saja ditimbun, tetapi dikhawatirkan bisa berulang kembali, jadi tidak tuntas. Maka perlu dikaji secara akademis dan mendetail untuk bisa ditangani secara baik," kata Mahdinur.