SEMARANG - Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu atau akrab disapa Ita merencanakan pembangunan rumah susun untuk relokasi warga Perumahan Dinar Indah yang selama ini kerap menjadi "langganan" banjir bandang.
Pengajuan yang dilakukan lewat Dinas Perumahan dan Permukiman Kota Semarang itu sudah ditandatanganinya, dan dikirimkan kepada Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).
"Kayak rumah susun, tapi tidak tinggi. Saya mengajukan ke Kementerian PUPR, mudah-mudahan segera terealisasi sehingga masyarakat sini bisa tenang," kata Ita dilansir ANTARA, Rabu, 1 Februari.
Untuk lokasi, kata Ita, Pemerintah Kota Semarang merencanakan pembangunan rusun itu dilakukan tidak terlalu jauh dari permukiman warga, tetapi bergantung dengan ketersediaan lahan.
"Sebenarnya, tanah di atas sini milik pengembang, masih ada. Tapi, pengembang enggak tahu pergi ke mana. Upaya yang bisa kita lakukan, salah satu mencoba cari tempat di situ," katanya.
Namun, Ita mengatakan yang terpenting ada anggaran sehingga bisa dicarikan lahan untuk menampung sekitar 35 kepala keluarga (KK) warga yang tinggal di Perumahan Dinar Indah.
Sementara itu, Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Semarang Wahyoe Winarto menilai rencana relokasi warga Perumahan Dinar Indah perlu dikaji secara matang dan mendalam.
"Ya, begini ya, relokasi itu tidak gampang. Ada warganya mungkin yang tidak setuju. Perlu lahan juga, ada enggak? Butuh biaya. Jadi perlu dipikirkan matang," kata politikus Partai Demokrat itu.
Perumahan Dinar Indah Semarang diterjang banjir bandang pada awal Januari lalu akibat jebolnya tanggul sungai yang bersebelahan dengan permukiman warga, dan tercatat satu korban meninggal dunia.
Banjir bandang itu merupakan yang terparah, dan kesekian kalinya menerjang perumahan tersebut. Ketinggian air saat banjir bandang pada awal Januari lalu sudah mencapai atap rumah warga.
BACA JUGA:
Sebelumnya, warga Perumahan Dinar Indah menyambut baik rencana relokasi karena khawatir banjir bandang kembali menerjang, seperti Paulin Fallo, yang kebetulan Ketua RT 06 di perumahan tersebut.
"Keinginan kami tetap direlokasi. Karena tiap tahun kena banjir, bisa 3-4 kali dalam setahun. Kemarin saat banjir, Ibu Wali Kota berkunjung langsung menyampaikan warga akan direlokasi," katanya.
Warga, kata Paulin yang menghuni perumahan itu sejak 2013, sudah tidak bisa menghubungi pengembang untuk meminta pertanggungjawaban karena ternyata perumahan itu dibangun di daerah cekungan.
"Pengembang sudah kabur. Ya, kami maunya direlokasi saja seperti kemarin Ibu Wali Kota pernah sampaikan. Ke mananya (tempat relokasi, red.) kami manut pemerintah," kata Paulin.