Kesaksian Polisi yang 19 Tahun Bertugas Jaga di Stadion Kanjuruhan: Tak Ada Arahan Jalur Evakuasi Jika Ricuh
Sidang kasus Tragedi Kanjuruhan di PN Surabaya/FOTO: AM Sby-VOI

Bagikan:

SURABAYA - 17 orang dihadirkan sebagai saksi sidang tragedi Kanjuruhan Malang di Pengadilan Negeri Surabaya. Mereka bersaksi untuk dua terdakwa, yakni Abdul Haris, saat itu Ketua Panitia Pelaksana (Panpel) Arema FC, dan Suko Sutrisno Security Office.

Adapun 17 orang saksi itu, terdiri dari enam saksi korban, tujuh Steward, dua dari Dispora Kabupaten Malang, dan tiga saksi dari unsur kepolisian.

Satu orang saksi yakni anggota Polsek Pakis, Malang, Eka Narafiah. Dalam kesaksiannya, Eka mengaku bertugas berjaga di pintu 12 Stadion Kanjuruhan saat pertandingan Arema FC Vs Persebaya pada 1 Oktober 2022 lalu.

"Ada 12 polisi yang berjaga saat itu, ditemani beberapa match steward, dua personel TNI dari Batalyon Zeni Tempur (Zipur) dan dua pegawai Dinas Pendapatan Daerah Malang," kata Eka.

Sebelum bertugas di Kanjuruhan, lanjut Eka, semua personel dari kepolisian terlebih dahulu ikut apel pengarahan yang dipimpin langsung oleh Kapolres Malang, AKBP Ferli Hidayat.

Beberapa arahan dan intruksi Kapolres saat itu, di antaranya wajib merazia barang berbahaya saat penonton atau suporter yang masuk membawa miras dan flare ke stadion. 

Eka mengaku dirinya sempat melihat personel membawa senjata gas air mata saat mengikuti apel. Kata dia, tidak ada larangan membawa senjata gas, terkecuali larangan membawa senjata api. 

"Kemudian Kapolres memberi arahan agar petugas di lapangan memperhatikan suporter yang masuk tanpa atribut wajib diperiksa. Khawatir ada suporter dari Surabaya dalam hal ini Bonek menyusup ke stadion," ujarnya.

Yang menarik dalam kesaksiannya, Eka menegaskan dirinya selama 19 tahun sejak bertugas tahun 2004 mengamankan pertandingan Arema di Stadion Gajayana Malang, tidak pernah mendapat pengarahan soal jalur evakuasi jika terjadi kericuhan di stadion. Hal itu juga terjadi saat pertandingan Arema FC Vs Persebaya di Kanjuruhan.

"Saat terjadi kericuhan saat itu, saya mengevakuasi korban dibantu para suporter. Para korban ini dibawa ke lobi stadion, kemudian dikelurkan lewat pintu utama. Saya tidak tahu apakah korban itu sudah meninggal atau masih hidup, karena situasinya saat itu sudah kacau. Jadi, semua korban langsung dimasukan ke kendaraan truk TNI dan Dalmas Polres Malang," ujarnya