JAKARTA - Nilai tukar rupiah bangkit dari pelemahannya dan berakhir menguat pada penutupan perdagangan Selasa 4 Februari. Rupiah menguat 27 poin atau 0,20 persen di level Rp13.715 per dolar AS.
Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan, jelang sore ini, aset berisiko terlihat menguat lagi. Indeks saham Shanghai, Nikkei, Hangseng ditutup menguat. Harga emas turun.
"Kemungkinan karena stimulus yang dilakukan oleh Bank Sentral China dengan menyuntikan dana ke perekonomian membantu meredakan kekhawatiran," ujar Ariston kepada VOI, Selasa 4 Februari.
Selain itu, lanjut dia, sentimen positif juga datang dari data indeks manufaktur AS yang masuk lagi ke zona ekspansi atau bertumbuh.
"Selain itu optimisme Bank Sentral Australia, yang tadi pagi mengumumkan kebijakan moneter terbarunya, terhadap outlook perekonomian juga memberikan sentimen positif ke aset berisiko," jelas Ariston.
Penguatan rupiah sejalan dengan mayoritas mata uang di kawasan. Berdasarkan data Bloomberg, won Korea menjadi mata uang paling tinggi penguatannya di hadapan dolar AS setelah naik 0,61 persen.
Di susul yuan China yang akhirnya rebound 0,41 persen. Setali tiga uang, baht Thailand dan dolar Taiwan juga menguat masing-masing 0,35 persen dan 0,33 persen. Rupee India juga berhasil menguat 0,25%. Selanjutnya, peso Filipina yang terapresiasi 0,20 persen. Sementara ringgit Malaysia menguat tipis 0,02 persen.
Sementara itu, yen Jepang menjadi mata uang di kawasan yang melemah paling dalam setelah turun 0,32 persen. Disusul dolar Singapura dan dolar Hong Kong yang masing-masing turun 0,14 persen dan 0,01 persen.