Bagikan:

JAKARTA - Pergerakan nilai tukar rupiah berakhir melemah pada penutupan perdagangan Senin 3 Februari ini. Rupiah melemah 87 poin atau 0,64 persen di level Rp13.742 per dolar AS.

Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan, kabar bertambahnya penyebaran virus corona di China dan global memicu kembalinya kekhawatiran pasar sehingga harga aset-aset berisiko mengalami penurunan.

"Perekonomian China bisa melambat dan bisa turut melambatkan laju pertumbuhan ekonomi global," jelas Ariston kepada VOI, Senin 3 Februari.

Ia menambahkan, kekhawatiran global terhadap virus corona semakin meningkat. Apalagi jumlah korban yang terinfeksi sudah lebih dari 10.000 orang.

Wabah ini juga dilihat sebagai salah satu alasan People Bank of China (PBoC) memangkas suku bunga 10 bps dan berniat memberikan stimulus 1,2 triliun yuan untuk memastikan likuiditas.

Sementara data inflasi Indonesia bulan Januari 2020 sebesar 0,39 persen. Angka ini di bawah proyeksi para analis yang memperkirakan inflasi bulan Januari mencapai 0,46 persen.

Pelemahan rupiah sejalan dengan mayoritas mata uang di Asia. Di mana, yuan China menjadi mata uang dengan penurunan paling tajam setelah terkoreksi 1,55 persen terhadap dolar AS. Hal ini dianggap wajar, karena pasar keuangan China baru saja di buka usai libur Tahun Baru Imlek yang diperpanjang pemerintah akibat wabah virus corona.

Setali tiga uang, ringgit Malaysia dan won Korea pun berada di zona merah setelah turun masing-masing 0,39 persen dan 0,26 persen. Rupee India pun terkikis 0,26 persen.

Dolar Singapura dan yen Jepang tak kuasa menahan keunggulan indeks dolar AS karena melemah masing-masing 0,25 persen dan 0,20 persen. Disusul dolar Taiwan dan dolar Hong Kong yang terdepresiasi 0,18 persen dan 0,04 persen.

Sementara baht Thailand menjadi mata uang uang berhasil menguat terhadap dolar AS setelah naik 0,36 persen. Peso Filipina pun berada di zona hijau karena terapresiasi tipis 0,02 persen.