Bagikan:

JAKARTA - Sektor pariwisata menjadi salah satu yang paling berat mengalami dampak negatif pandemi COVID-19. Masih merebaknya virus di berbagai negara, membuat masyarakat enggan untuk melakukan perjalanan wisata. Itu khususnya, untuk wisatawan mancanegara.

Ekonom Senior Institute For Development of Economics and Finance (Indef) Faisal Basri mengatakan, sektor pariwisata masih akan mengalami kontraksi meskipun kepercayaan turis asing untuk datang kembali ke Indonesia sudah cukup tinggi.

Kata Faisal, pada periode Januari hingga Oktober kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia sudah merosot 72,4 persen. Namun, Khusus bulan Oktober merosotnya tambah dalam sebesar 88,25 persen.

"Ditanya orang asing confident enggak datang ke Indonesia? Yang mengatakan confident cuma 22 persen. Sekalipun mereka confident mereka tidak akan datang ke Indonesia," katanya, dalam diskusi virtual, Rabu, 23 Desember.

Alasannya, kata Faisal, turis asing masih memikirkan ulang konsekuensi dan risiko yang harus dihadapi setelah selesai menyambangi Indonesia. Ia mengatakan, mereka akan diwajibkan isolasi mandiri selama 14 hari di hotel dan tidak boleh keluar kamar.

"Bayar sendiri 2.000 dolar AS, saya rasa tidak ada yang mau turis untuk menderita gitu isolasi di hotel dan tidak boleh keluar dari kamar," tuturnya.

Menurut Faisal, pengendalian virus COVID-19 di Indonesia masih harus menjadi prioritas. Ia menilai, adanya vaksin yang datang saat ini pun, masih belum menjawab kegelisahan atas penanganan pandemi yang dilakukan pemerintah.

"Vaksin, masih belum jelas. (Uji klinis) fase 3 belum diumumkan. Dan Sinovac ini menegaskan efektivitasnya masih belum diketahui. Jadi kita beli kucing dalam karung, bagaimanapun mau digencarkan, turis masih akan melorot," tegasnya.

Faisal berujar solusi pemulihan sektor pariwisata tetap pada penanganan pandemi yang cepat, sigap dan tepat sasaran.

"Jadi apa yang bisa pulihkan pariwisata? Ya, penanganan virus yang seksama," tuturnya.