JAKARTA - Pandemi COVID-19 yang berlarut-larut berampak langsung pada semua warga negara Indonesia. Lola Amaria juga terdampak secara ekonomi. Semua rencana syuting batal. Bahkan usaha restorannya tutup sejak pandemi.
"Saya ada syuting juga, ada film ada series, cuma harus ketunda. Sampai kapan? Kita juga nggak tahu, saya juga nggak mau sebagai produser nanti ada kru dan pemain saya yang sakit, terpapar COVID-19, belum kalau ada cormobit, panjang nanti rentetannya," papar Lola Amaria saat berbincang dengan VOI beberapa waktu lalu.
Dibanding dengan beberapa negara lain yang sudah berhasil melakukan vaksinasi secara massal hinga 80% dari jumlah penduduk, Indonesia tergolong sangat lambat untuk proses pemulihan.
"Di luar negeri itu literasi dan edukasinya bagus. Diberi penjelasan apa itu COVID-19, bagaimana penularannya, kalau kena seperti apa. Indonesia ini sulit di-edukasi. Karena sangat luas, pulaunya banyak, bahasanya banyak, ngasih tahu tingkat edukasinya juga beda. Ngasih tahu orang di Madura dan di Jakarta itu beda. Jadi ruwet," katanya.
Ketegasan pemerintah di luar negeri, menurutnya, adalah salah satu kunci yang membuat COVID-19 bisa diatasi.
"Di luar kalau sudah tutup pintu, lock down, satu bulan ya semua tutup. Nggak ada yang nyuri-nyuri mudik, tempat wisata dibuka. Di sini, larangan nggak boleh mudik, tapi dikasih tanggalnya. Ya orang akan mudik sebelum tanggal itu, disekat jalan nerobos, nyari jalan tikus. Jangan kemana-mana, wisata dibuka. Ya udah ambyar. Kalau nanya kelar-nya kapan ya nggak kelar-kelar," jelanya.
BACA JUGA:
Lola Amaria yakin Indonesia bisa keluar dari pandemi COVID-19 jika vaksin bisa dilakukan dengan maksimal.
"Sebenernya bisa kalau mau pakai cara seperti Rusia. Militer turun, dudukin warganya, vaksin semua, nggak bisa alesan. Itu akan memperingan. Inggris sudah 70% warganya divaksin, jadi Wimbledon kemarin kembali digelar yang nonton nggak pakai masker. Di Amerika konser bisa jalan karena 90% warganya sudah divaksin. Jadi kalau ada apa-apa risikonya nggak berat," tegasnya.