JAKARTA - Masuknya Sandiaga Uno ke dalam Kabinet Indonesia Maju sebagai Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dianggap sebagai bentuk rekonsiliasi Presiden Joko Widodo (Jokowi) dengan lawan politiknya.
"Ini adalah bagian dari rekonsiliasi. Masuknya Sandi ya sebenarnya karena jatah itu (kursi Gerindra, red) untuk menggantikan Edhy Prabowo yang ditangkap KPK," kata Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR) Ujang Komarudin saat dihubungi VOI, Rabu, 23 Desember.
Meski begitu, di satu sisi hal ini dianggap dapat memicu timbulnya rasa sakit hati bagi para relawan pendukungnya. Apalagi, masih ada beberpa pendukung Jokowi-Ma'ruh dalam pilpres yang belum mendapatkan jatah di lingkaran kekuasaan.
Salah satunya adalah nada sumbang yang disampaikan Ketua DPP NasDem Irma Suryani mengomentari Sandiaga menjadi menteri. Kata Ujang, apa yang disampaikan Suryani menjadi penanda sakit hati karena tidak mendapat jatah.
"Bisa seperti itu (sakit hati, red). Karena ini memang melukai timses Jokowi karena mereka sudah berdarah-darah dan berkeringat di Pilpres tapi yang dapat (jabatan, red) malah lawan politiknya," tegasnya.
BACA JUGA:
Selanjutnya, dia menilai, akibat hal semacam inilah akhirnya Jokowi kembali terjepit dengan politik balas budi yaitu dengan memberikan posisi terhadap relawannya guna mencegah terjadinya perpecahan.
"Nanti biasanya untuk relawan-relawan, timses Jokowi akan dimasukkan menjadi komisaris BUMN, dubes, atau jabatan lain. Dan ini biasanya sudah tahu sama tahu soal itu," ungkapnnya.
"Seperti itulah, ujung-ujungnya politik balas budi," imbuh Ujang.
Diketahui, usai Pilpres 2019, Jokowi mengajak Partai Gerindra yang merupakan lawan politiknya untuk berkoalisi di pemerintahan periode 2019-2024. Jokowi menempatkan Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto sebagai Menteri Pertahanan dan Edhy Prabowo di kursi Menteri Kelautan dan Perikanan.
Namun setelah Edhy Prabowo ditetapkan sebagai tersangka oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dalam kasus suap ekspor benur atau benih lobster, Jokowi kemudian mengajak Sandiaga masuk ke dalam kabinetnya untuk menduduki jabatan Menparekraf.
Setelah sempat menolak, Sandiaga kemudian diperkenalkan dan dilantik bersama dengan sejumlah nama yaitu Tri Rismaharini yang kemudian dilantik sebagai Menteri Sosial, Muhammad Lutfi yang kemudian dilantik sebagai Menteri Perdagangan, Yaqut Choilil sebagai Menteri Agama, Budi Gunadi Sadikin sebagai Menteri Kesehatan, dan Sakti Wahyu Trenggono sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan.
Adapun alasan eks Wakil Gubernur DKI Jakarta itu mau masuk ke dalam kabinet Jokowi adalah karena merasa semua pihak harus bersatu menghadapi pandemi COVID-19.
"COVID-19 ini adalah game changer. COVID-19 ini mengubah segalanya terutama ketika dua minggu terakhir saya bertafakur, tadabur, berkontemplasi, refleksi, bahwa kita semua akhirnya harus bersatu padu," kata Sandiaga usai dilantik di Istana Negara, Jakarta, Rabu, 23 Desember.
"Semua kita lakukan demi kepentingan bangsa dan negara. Dan jika negara memanggil pada saat ini lah menurut saya tanggung jawab ada di pundak masing-masing dari kita," kata pria kelahiran 28 Juni 1969.
Secara terpisah, juru bicara Sandiaga Uno, Kawendra Lukistian mengatakan politikus Gerindra itu bersedia menjadi menteri karena panggilan hati. Apalagi, Sandiaga selama ini punya keinginan untuk berkontribusi menyelamatkan negara dari pandemi COVID-19.
"Panggilan hati untuk bantu berkontribusi menyelamatkan bangsa keluar dari pandemi COVID-19," kata Kawendra saat dihubungi wartawan.