Hidup di Kolong Tol, Pemkot Surabaya Akhirnya Relokasi 32 Warga Kampung 1001 Malam
DOK Humas Pemkot Surabaya

Bagikan:

SURABAYA - Sebanyak 32 Kepala Keluarga (KK) warga Kampung 1001 Malam akhirnya bisa hidup aman, nyaman, dan tenang. Ini setelah Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya merelokasi mereka ke Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) Sumur Welut.

"Pemindahan warga kali ini adalah tindak lanjut dari relokasi 16 KK yang sebelumnya tinggal di bawah kolong jembatan Tol Dupak ini. Untuk pemindahan warga yang tinggal di sisi utara tol ini, kami pindahkan juga ke Rusunawa Sumur Welut," kata Kepala Dinas Sosial (Dinsos) Kota Surabaya, Anna Fajriatin, Senin, 26 Desember.

Kampung 1001 Malam merupakan kampung yang berada bawah tol Dupak-Gresik. Mereka bertahan hidup di gubuk-gubuk kecil, beristirahat dari kerasnya kehidupan di bawah kolong tol.

Nama Kampung 1001 Malam itu bukan tanpa alasan. Di mana kurangnya pencahayaan di kolong tol itu, membuat kampung yang terletak di Kelurahan Dupak, Kecamatan Krembangan, kawasan Surabaya Utara ini selalu gelap. Tak peduli pagi atau malam, nuansanya tetap terasa gelap.

Selain gelap, hidup di bawah kolong tol dengan kondisi kamar yang bersekat-sekat terasa pengap. Parahnya lagi, peralatan dapur ditata seadanya persis di samping kamar.

Di tempat itulah para warga Kampung 1001 malam bercengkrama dengan keluarganya. Seolah menjadi teman, kebisingan jalan tak mempengaruhi kehangatan mereka. Mereka butuh tempat melepas penat usai bekerja keras.

Saat ini, warga setempat direlokasi oleh Pemkot Surabaya ke Rusunawa Sumur Welut. Meski hendak dipindahkan ke tempat layak, masih ada warga yang keberatan bahkan menolaknya. Namun upaya itu berhasil dilakukan Pemkot secara perlahan.

Anna menjelaskan pemindahan warga tersebut untuk mengembalikan lahan itu kepada Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Brantas. Rencananya setelah semua direlokasi, akan dilakukan normalisasi sungai di kawasan tersebut. 

Anna menegaskan Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi tidak ingin warganya terlantar begitu saja, maka pemkot memberikan fasilitas tempat tinggal hingga jaminan hidup yang lebih layak lagi. "Kita kan gak mungkin lahan ini dialih fungsi kemudian warga dibiarkan begitu saja. Pak Wali pun tidak ingin warganya terlantar, sehingga kami memberikan fasilitas tersebut," ujarnya. 

Lalu bagaimana dengan warga yang tinggal di area itu, namun bukan warga Surabaya? Anna menjelaskan pemkot memberikan pilihan dan tidak memaksa untuk tinggal di Rusunawa Sumur Welut. "Ada yang mau pulang ke kampungnya, ada yang ingin mencari kos, dan ada yang ingin mencari kontrakan. Kami tidak masalah karena kami tidak asal gusur, justru pemkot itu hadir untuk menyelamatkan warga agar tidak terlantar, sedangkan yang punya tanah ini akan mengalihkan fungsinya," katanya. 

Data warga yang akan dipindahkan itu didapatkan dari hasil kesepakatan koordinator Kampung 1001 Malam. Karena itu, pemkot ingin bantuan yang diberikan kepada warga tepat sasaran dan hidup lebih layak. Targetnya, pemkot akan memindahkan warga Kampung 1001 Malam hingga akhir tahun 2022 mendatang. "Di sana (Rusunawa Sumur Welut) sudah kami sediakan 44 unit, satu unit satu KK," ujarnya.

Sementara itu, Kepala Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Surabaya, Eddy Christijanto mengatakan, proses pengangkutan barang milik warga yang direlokasi menggunakan 10 unit kendaraan operasional Satpol PP.

Sedangkan warganya, menggunakan 4 unit bus sekolah milik Dinas Perhubungan (Dishub) Surabaya.

"Sebagian warga ada yang berinisiatif sendiri menggunakan kendaraan pribadi. Ada yang menggunakan truk Satpol PP," kata Eddy.