Bagikan:

JAKARTA - China pada Hari Rabu mengumumkan perubahan paling anti-COVID yang keras sejak pandemi dimulai tiga tahun lalu, melonggarkan aturan yang menahan penyebaran virus tetapi telah melumpuhkan ekonomi terbesar kedua di dunia dan memicu protes.

Relaksasi aturan, yang termasuk mengizinkan orang yang terinfeksi dengan gejala ringan atau tanpa gejala untuk dikarantina di rumah dan menghentikan pengujian untuk orang yang bepergian di dalam negeri, menjadi tanda terkuat bahwa Beijing sedang mempersiapkan masyarakatnya untuk hidup dengan penyakit tersebut.

Sebagian besar kasus infeksi virus corona tidak menunjukkan gejala atau ringan tanpa memerlukan perawatan khusus, kata Komisi Kesehatan Nasional (NHC) dalam sebuah pernyataan.

"Orang tanpa gejala dan kasus ringan dapat diisolasi di rumah sambil memperkuat pemantauan kesehatan, dan mereka dapat dipindahkan ke rumah sakit yang ditunjuk untuk perawatan tepat waktu jika kondisinya memburuk," kata NHC, seperti melansir Reuters 7 Desember.

Selama hampir tiga tahun, China telah mengelola COVID-19 sebagai penyakit berbahaya yang setara dengan wabah pes dan kolera, tetapi sejak minggu lalu, pejabat tinggi telah mengakui berkurangnya kemampuan virus untuk menyebabkan penyakit, sementara beberapa pakar China menyatakan tidak lebih mematikan daripada influenza musiman.

Perubahan protokol karantina mencerminkan penyesuaian dalam tindakan pencegahan dan pengendalian sesuai dengan karakteristik mutasi virus, kata NHC.

Isolasi rumah untuk yang terinfeksi menandai perubahan signifikan dalam aturan.

Di awal tahun, seluruh komunitas dikunci, terkadang selama berminggu-minggu, bahkan setelah hanya satu kasus positif yang ditemukan. Bulan lalu, aturan karantina baru yang tidak terlalu ketat hanya mengharuskan penguncian bangunan yang terkena dampak.

Area berisiko tinggi harus ditentukan secara akurat berdasarkan bangunan, unit, lantai dan rumah tangga, tidak boleh diperluas secara sewenang-wenang ke seluruh kompleks perumahan dan komunitas, sebut NHC.

Otoritas kesehatan mendesak daerah untuk "secara tegas memperbaiki yang disederhanakan, satu ukuran untuk semua, dan menambahkan tindakan ekstra" untuk pencegahan COVID dan untuk menolak serta mengatasi "formalisme dan birokrasi".

Banyak perubahan yang diumumkan oleh Komisi Kesehatan Nasional (NHC), mencerminkan langkah-langkah yang telah diambil di berbagai kota dan wilayah dalam beberapa hari terakhir, menyusul protes terhadap pengendalian COVID-19 yang merupakan demonstrasi ketidakpuasan publik terbesar, sejak Presiden Xi Jinping berkuasa pada tahun 2012.

Meski begitu, warga menyambut baik prospek pergeseran yang dapat membuat China perlahan muncul kembali ke dunia, tiga tahun setelah virus merebak di pusat Kota Wuhan pada akhir 2019.

"Sudah saatnya hidup kita kembali normal, dan China kembali ke dunia," tulis seorang pengguna Weibo.

Beberapa investor juga menyambut baik perubahan yang dapat menghidupkan kembali ekonomi dan mata uang China yang melemah, serta mendorong pertumbuhan global.

"Perubahan kebijakan ini merupakan langkah maju yang besar," kata Zhiwei Zhang, kepala ekonom di Pinpoint Asset Management.

"Saya berharap China akan sepenuhnya membuka kembali perbatasannya paling lambat pertengahan 2023," sambungnya.

Tetapi, juru bicara NHC Mi Feng mengatakan pada konferensi pers, setiap perubahan tindakan terkait perjalanan akan "bertahap".