<i>Update</i> Gempa Cianjur: 268 Orang Meninggal, 151 Orang Hilang
Bangunan sekolah yang terdampak gempa di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, pada Senin (21/11/2022). (ANTARA/HO-Humas Disdik Jawa Barat)

Bagikan:

JAKARTA - Data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebutkan 268 orang meninggal akibat gempa Cianjur, Jawa barat. 151 orang dinyatakan masih hilang.

“Korban jiwa meninggal dunia sekarang ada 268. Dari 268 itu yang sudah teridentifikasi siapa-siapanya ini sebanyak 122 jenazah. Kemudian masih ada korban hilang dan masih dilakukan pencarian terus menerus 151 orang,” kata Kepala BNPB Suharyanto dalam jumpa pers dikutip dari kanal Youtube BNPB Indonesia, Selasa, 22 November.

Gempa Cianjur berkekuatan 5,6 SR melanda wilayah barat daya Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, terjadi pada Senin, 21 November, pukul 13.21 WIB. Gempa itu terjadi pada koordinat 6,84 Lintang Selatan dan 107,05 Bujur Timur, sekitar 10 kilometer barat daya Kabupaten Cianjur dengan kedalaman 10 kilometer.

Caption

BMKG memprediksi gempa bumi yang terjadi di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, berpotensi berulang setiap 20 tahun berdasarkan analisis.

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan gempa di Cianjur sebelumnya pernah terjadi pada tahun 2000, dan sebelum itu juga pernah terjadi pada 1982. Untuk itu, rumah warga yang direkonstruksi nantinya harus tahan terhadap gempa.

"Jadi antara 18-22 tahun, rata-rata 20 tahun, sehingga kemudian apabila ada bangunan yang roboh di tempat zona merah, jadi perlu memetakan zona tidak aman," kata Dwikorita di Pendopo Cianjur, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Selasa 22 November.

Apabila memungkinkan, menurut dia, warga yang terdampak gempa perlu direlokasi dari zona yang tidak aman guna mengantisipasi potensi gempa bumi setiap 20 tahun itu.

Selain itu, ia pun mendorong petugas kebencanaan untuk mengantisipasi permukiman rusak yang berada di lereng bukit atau bantaran sungai. Menurut dia, material rumah yang rusak itu berpotensi tersapu oleh aliran sungai.

"Kita khawatir bencana berikutnya banjir bandang, jadi biasanya setelah material itu kena gempa, teronggok pada aliran sungai, dan musim hujan puncaknya Desember," kata Dwikorita.