JAKARTA - Polres Kutai Kartanegara (Kukar) mengungkap hoaks foto dengan narasi jenazah laskar FPI tersenyum’. Pelaku pembuat hoaks menggunakan foto orang yang masih hidup.
Kapolres Kukar AKBP Irwan Masulin Ginting mengatakan foto yang disebut sebagai laskar FPI tersebut, merupakan warga Kutai Kartanegara bernama Ahmad Mujahid (33). Ahmad masih hidup.
Foto hoaks dengan narasi jenazah laskar FPI tersenyum menurut polisi dikirim ke grup WhatsApp Pecinta dan Pembela Ulama pada 7 Desember 2020. Kemudian pada 8 Desember, foto tersebut viral dengan narasi Jenazah Laskar FPI tersenyum saat meninggal.
"Awal mula foto itu tersebar saat Mujahid saling mengirim pesan WhatsApp kepada rekannya, saat ini Mujahid kita tetapkan sebagai saksi korban," jelas Kapolres Kukar AKBP Irwan Masulin Ginting dikutip dari keterangan Divisi Humas Polri, Minggu, 13 Desember.
Ahmad Mujahid yang berprofesi sebagai marbot masjid di Tenggarong, Kutai Kartanegara tersebut juga merasa dirugikan dengan beredarnya informasi hoaks tersebut.
"Saya merasa dirugikan. Saya juga sudah mengklarifikasi itu melalui video bahwa itu hoaks,” ujar Mujahid.
BACA JUGA:
Sebelumnya Bareskrim Polri memerintahkan seluruh Polda jajaran untuk menindak semua bentuk hoaks yang berkaitan dengan perkara penembakan enam laskar khusus pengawal Rizieq Shihab. Sebab, belakangan media sosial diramaikan dengan foto dan video yang dikait-kaitkan dengan perkara tersebut.
"Seluruh berita hoaks yang tidak benar di Polda-Polda dan Mabes Polri akan kita proses semuanya," ujar Kadiv Humas Polri, Irjen Argo Yuwono kepada wartawan, Jumat, 11 Desember.
Bahkan, saat ini Direktorat Cyber Crime Bareskrim sudah mulai memetakan penyebaran hoaks itu. Nantinya, semua pihak yang terlibat bakal diproses hukum.
"Sudah kami instruksikan untuk mencari kalau memang ada hoaks kita proses untuk kasus (penembakan)," ujar Argo.
Argo bilang, muculnya video atau foto yang dikait-kaitan dengan perkara penembakan ini hanya berdampak buruk. Sebab, masyarakat bisa terpengaruh dengan adanya video tersebut.
"Biar enggak buat masyarakat ketakutan, biar informasi itu sendiri tidak salah. Semuanya kami proses," kata dia.