Bagikan:

JAKARTA - Penggunaan B20 dan B30 untuk pembangkit listrik sejalan dengan amanah pemerintah terkait kebijakan untuk memperluas penggunaan biodiesel di sektor industri.

Hal ini guna menekan konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) nasional yang selama ini harus di impor sehingga membebani keuangan negara. Karena itu, PT PLN (Persero) terus maksimalkan upaya penggunaan minyak sawit atau campuran biodiesel (B20/B30) pada sejumlah pembangkit listrik.

Terhitung penggunaan B20/B30 yang digunakan pada pembangkit PLN tahun 2018 mencapai 1,641 ribu kilo liter, dan meningkat menjadi 2,158 kilo liter pada 2019.

“Jumlah ini akan terus meningkat seiring dengan pemanfaatan B20, B30 yang terus kami optimalkan pemanfaatan bahan bakar tersebut,” ujar Direktur Utama PLN, Zulkifli Zaini dalam keterangannya, dikutip Kamis 30 Januari.

B20 dan B30 yang digunakan oleh PLN didapat dengan proses kimiawi yang disebut esterifikasi dari minyak nabati seperti CPO dan dicampur dengan minyak solar High Speed Diesel (HSD). Penerapan B20/B30 dalam pembangkit diesel PLN sudah berjalan baik yang ditandai dengan peningkatan penggunaannya dari tahun ke tahun.

Untuk tahap selanjutnya, PLN tengah mengembangkan penggunaan minyak nabati seperti CPO tanpa proses esterifikasi, sehingga seluruh CPO dapat digunakan untuk mesin pembangkit tanpa melalui proses kimiawi yang memerlukan proses dan biaya produksi tambahan.

Penelitian ini sekarang telah diujicobakan pada pembangkit diesel, dan menemui kendala, yakni tingginya emisi yang dihasilkan dan timbulnya kerak pada mesin pembangkit.

“PLN terus mengembangkan penelitian ini dan mencari jalan keluar terbaik untuk mengatasi residu yang berlebih. Jadi, PLN tidak menyerah atas penggunaan minyak nabati untuk kebutuhan PLTD, kami yakin akan menemukan cara paling optimal dan efisien untuk dapat diterapkan pada pembangkit-pembangkit yang menyuplai listrik bagi masyarakat luas,” jelas Zulkifli.