JAKARTA - Penyebaran virus corona yang berpusat di Wuhan, Provinsi Hubei, China sejak beberapa minggu belakangan jadi teror. Sebab, selain belum ada vaksinnya, virus ini menyebabkan ratusan orang meregang nyawa. Lantas, apakah sebenarnya infeksi virus 2019-NovCov bisa disembuhkan?
Kepada VOI, Ahli Penyakit Tropik dan Infeksi dari RS Ciptomangunkusumo (RSCM), dr Erni Juwita Nelwan, SpPD, PhD menjelaskan jika virus corona bersifat swasirna atau lenyap dengan sendirinya. Sehingga, mereka yang terinfeksi penyakit ini tentu peluang untuk hidup sehat kembali.
"Prinsip infeksi virus itu swasirna atau bisa sembuh sendiri dalam tiga hari rata-hari," kata Erni saat kami hubungi lewat pesan singkat, Kamis, 30 Januari sambil menambahkan untuk menghadapi virus ini, seseorang juga harus mempunyai daya tahan tubuh yang kuat.
Dia juga menilai peluang untuk virus ini disembuhkan juga cukup besar mengingat dari ribuan penderita, tidak semuanya meninggal dunia. "Yang confirm sakit kan tidak semua meninggal. Artinya, ada yang sembuh dan bisa sembuh tentunya," tegasnya.
Dalam pengobatannya, menurut Erni, para dokter akan memberikan obat-obatan sesuai dengan penyakit yang diderita oleh pasien. Diketahui, mereka yang terpapar virus corona biasanya akan mengalami gejala batuk, demam, dan sakit tenggorokan persis seperti orang flu pada umumnya.
Selain bergantung pada kondisi daya tahan tubuh penderitanya, obat virus corona juga diperlukan untuk menunjang penyembuhan para korban. Hanya saja, obat tersebut hingga saat ini belum ada.
"Obat virus mempercepat proses ini supaya tidak terjadi proses sakit yang semakin parah atau ada komplikasi pada saat kondisi imun pasien lemah. Misalnya, umur sudah di atas 60 tahun, ada penyakit gula, penyakit jantung, dan lainnya," jelas dia.
Kematian dipicu komplikasi
Selain Erni, Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Negeri Solo (UNS) Dr. Reviono, dr., Sp.P (K) juga menyatakan virus ini bisa disembuhkan. Buktinya, kata Reviono, ada 80 persen warga Kota Wuhan yang terpapar virus ini bisa sembuh karena mereka tak terkena penyakit komplikasi lainnya dan usia yang relatif masih muda.
Dia menilai, tubuh manusia sebenarnya bisa melawan virus ini seperti saat tubuh melawan virus flu. "Ada interferon di dalam tubuh kita dalam bentuk protein alami yang diproduksi sebagai respons untuk melawan senyawa berbahaya, seperti virus. Jika produksi interferon cukup, infeksi virus dapat dikendalikan dan dimatikan," ungkapnya seperti dikutip dari halaman resmi UNS.
Namun hal berbeda justru terjadi pada penderita virus corona yang dalam usia lanjut. Menurut Reviono, jika virus ini masuk ke dalam tubuh lansia maka penyakit komplikasi akan terjadi. Selain itu, kemampuan tubuh mereka untuk melawan virus ini lebih lambat karena interferon yang ada di dalam tubuh tidak mencukupi.
Dari data yang dihimpun dari situs gisanddata.maps.arcgis.com menunjukkan sebaran virus corona pada hari Rabu 29 Januari pukul 14.30 WIB telah menyentuh 20 negara.
Rinciannya, China dengan temuan 6.070 kasus, Hong Kong sepuluh kasus, Thailand dengan 14 kasus dan Taiwan delapan kasus. Selain itu, Macau, Jepang, Malaysia, dan Singapura masing-masing enam kasus.
Australia, Prancis, dan Jerman lima kasus. Jerman, Korea Selatan, dan Uni Emirates Arab empat kasus. Kanada dan Vietnam dua kasus. Terakhir Kamboja, Finlandia, Nepal, dan Srilanka satu kasus. Merujuk sumber data yang sama, virus corona telah menewaskan 170 orang, di mana seluruh kematian terjadi di China dan angka mereka yang berhasil disembuhkan mencapai 133 orang.
Untuk di Indonesia, otoritas hingga saat ini belum menemukan satu pun kasus. Meski begitu, langkah pencegahan telah dilakukan dengan meningkatkan pengawasan di pintu-pintu bandara, menerbitkan travel warning ke China, hingga memanfaatkan kapsul evakuasi.
Daripada semakin resah karena virus corona, lebih baik lihat video ini agar semakin pintar menghalau si virus! pic.twitter.com/oHncFL5JME
— voi.id (@voidotid) January 29, 2020