Pembangunan Bandara di Kaltara Diyakini Dongkrak Nilai Ekspor Produk Kelautan
Penandatangan nota kesepatakan antara Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kaltara dengan PT Whitesky Facility dan Canadian Commercial Corporation (CCC), terkait Studi dan Pengembangan The Green AirPort Initiative di Kaltara/IST

Bagikan:

TANJUNG SELOR - Gubernur Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara) Zainal A Paliwang mengapresiasi penandatangan nota kesepatakan antara Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kaltara dengan PT Whitesky Facility dan Canadian Commercial Corporation (CCC), terkait Studi dan Pengembangan The Green AirPort Initiative.

Hal tersebut disampaikan Gubernur  dalam acara Caremony di The Maj Nusa Dua, Kabupaten Badung, Bali, Minggu (13/11). Hadir Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia Bidang Perhubungan sekaligus CEO PT Whitesky Aviation, Denon B. Prawiraatmadja, serta President and CEO at Canadian Commercial Corporation (CCC), Robert Kwon.

Gubernur mengatakan terlaksananya penandatangan nota kesepahaman ini diharapkan dapat meningkatkan fasilitas dan infrastruktur Bandar Udara di Kaltara.

Khususnya mendukung pengembangan Mega Proyek Kawasan Industri Hijau Indonesia (KIHI) atau disebut KIPI Tanah Kuning-Mangkupadi di wilayah Kabupaten Bulungan-Kaltara.

Hadirnya Kawasan Industri yang ramah lingkungan di Kaltara menjadi terobosan yang sangat berarti bagi kemajuan infrastruktur dan ekonomi di Provinsi Kaltara.

Dia menjelaskan, sebagai provinsi termuda di Kalimantan yang memiliki luas hampir setengah pulau Jawa, saat ini Kaltara sedang gencar melakukan pembangunan.

"Karenanya kami sangat besyukur dengan rencana pembangunan bandara kargo oleh Canadian Commercial Corporation (CCC) dengan bantuan dari Kadin Indonesia bidang Perhubungan. Atas nama pribadi dan masyarakat Kaltara kami mengucapkan terima kasih dan bersyukur atas rencana studi dan pembangunan bandara yang ramah lingkungan ini," katanya dalam keterangan tertulis, Selasa, 15 November.

Zainal juga menjelaskan, saat ini daerahnya memiliki keunggulan dalam hasil budidaya perikanan seperti kepiting, ikan dan udang. Namun selama ini penjualan hanya secara tradisional. Diharapkan dengan adanya bandara khusus kargo ini dapat meningkatkan perekonomian di daerahnya.

Sementara mengutip dari laman KADIN Indonesia Bidang Perhubungan, dijelaskan rencana studi dalam pembangunan bandara di Kaltara ini dinilai sangat tepat dan diperlukan, terlebih provinsi ini memiliki sumber daya alam dibidang perikanan yang sangat luar biasa.

Dengan adanya bandara ini diharapkan dapat meningkatkan nilai ekspor produk kelautan, dimana para akhirnya dapat meningkatkan perekonomian di Kaltara.

Hal ini diungkapkan oleh President and CEO Canadian Commercial Corporation, Robert Kwon pada acara Penandatangan Nota Kesepahaman bersama antara PT Whitesky Facility, Canadian Commercial Corporation, dan Pemerintah Provinsi Kaltara untuk melakukan studi dalam rangka pembangunan green airport, di Nusa Dua Bali, Minggu (13/11). Kegiatan ini merupakan salah satu rangkaian dari pertemuan lanjutan B20.

Robert juga menjelaskan Canadian Commercial Corporation merupakan lembaga pendanaan resmi dari Kanada, dan pihaknya membantu pembangunan yang mempunyai potensi bisnis ke depan. Fokus dari lembaga ini bukan hanya sekedar pembiayaan semata, namun membantu pengguna dan transfer teknologi yang diterapkan, yang dikhususkan pada teknologi yang ramah lingkungan. Seperti solar panel, hydro energi, dan lainnya. Dimana hal ini juga pernah dilakukan di beberapa negara seperti Kolombia.

"Saat melakukan studi dalam waktu dekat ini, nanti kami akan melihat secara langsung potensi apa saja yang bisa kami lakukan di Kaltara. Terutama dalam membangun green airport yang nanti untuk mendukung ekspor dan impor hasil dari sumber daya alamnya, yaitu produk kelautan," sambungnya.

Dari informasi awal yang didapatnya, hasil kelautan dari Kaltara belum dioptimalkan dalam pemasaran dan pengemasan, sehingga banyak yang dijual secara metah ke negara lain. Untuk hal ini, Canadian Commercial Corporation dapat membantu mulai dari penangkapan ikan, pembudidayanya, pengemasan hingga pengiriman hasil kelautan ini ke negara lain.

Pada kerja sama yang telah dilakukan, Canadian Commercial Corporation tidak hanya membangun bandara semata namun juga membantu memberikan teknologi kebandarudaraan yang ramah lingkungan dan efisien, bukan hanya sekedar membangun bandara yang besar namun memiliki pembiayaan yang mahal.

"Dalam studi yang akan kami dilakukan benar-benar sesuai dengan model bisnis yang mendukung kegiatan ekspor dan impor produk kelautan," katanya.

Sementara itu, Wakil Ketua Umum KADIN Indonesia Bidang Perhubungan, Denon Prawiraatmadja mengatakan pihaknya merespons dengan cepat rencana pembangunan bandara khusus kargo ini dengan mendatangkan investor dari Kanada dengan pola kerjasama Closed Loop.

Kerja sama yang dimaksud ini adalah melibatkan nelayan untuk bisa bekerjasama dalam membudidayakan produk kelautan. Selain itu, Closed Loop program initiative merupakan salah satu visi Ketua Umum Kadin Indonesia, Arsjad Rasjid dalam mendorong UMKM di Indonesia.

"Dengan model ini kita juga ingin membangun kemampuan dari para nelayan, mulai dari penangkapan ikan yang modern dan ramah lingkungan, pengemasan hingga pemasaran yang lebih baik dengan mengoptimalkan fungsi bandara untuk pengiriman. Diharapkan dengan ini semua dapat meningkatkan kesejahteraan para nelayan di Kaltara," katanya.

Denon juga berharap pada tahun 2024 studi dan profile investasi sudah dapat diimplementasikan di Kaltara, sehingga hal ini dapat mendukung pembangunan ekonomi daerah tersebut. Dan pihaknya juga berharap pada tahun 2024 di Kaltara sudah berdiri dan beroperasi green airport dengan pembiayaan dari investor Kanada.

"Dalam Nota Kesepahaman disepakati bahwa Canadian Commercial Corporation akan mendukung studi dan pengembangan green airport di Kaltara dengan total estimasi rencana investasi sebesar USD 200 Juta atau setara dengan Rp3 triliun," pungkasnya.