Bagikan:

JAKARTA - Awal tahun adalah saat yang ditunggu-tunggu karyawan dan pekerja yang akan menerima penghasilan tambahan berupa bonus tahunan. Bonus merupakan bagian dari hasil kerja keras selama setahun, dan tentunya kita ingin menikmatinya secara spesial.

Hal itu sangat wajar dan boleh-boleh saja. Namun, menurut Freddy Tedja, Head of Investment Specialist PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI), jangan lupa untuk memanfaatkan secara bijak bonus yang diterima.

"Bonus itu tidak pasti. Jangan keburu terlalu senang ketika akan menerima bonus," ujar Freddy dalam keterangan yang diterima VOI, Rabu 29 Januari.

Freddy menambahkan, bonus bukanlah penghasilan tetap. Jumlah yang diterima bisa nol, bisa juga besar. Semua tergantung kepada kinerja kita dan juga kinerja perusahaan pada tahun sebelumnya.

"Karena jumlahnya yang tidak pasti, penting bagi kita untuk merencanakan penggunaan bonus. Pastinya, janganlah membelanjakannya bonus yang belum diterima," jelas Freddy.

Menurut Freddy, seandainya bonus yang diterima tidak sesuai harapan --misal jumlahnya di bawah harapan atau malah tidak dapat sama sekali-- yang repot justru kita sendiri. Alih-alih menikmati bonus, yang ada pengeluaran justru bertambah, atau bahkan sampai berutang. 

Lebih lanjut Freddy mengatakan, bonus itu ibarat doping, pemacu semangat agar kinerja kita dapat lebih produktif lagi ke depannya. Tidak ada salahnya menggunakan bonus untuk menyenangkan diri kita, seperti belanja, atau berlibur bersama keluarga.

"Lalu, bagaimana jika kita punya utang? Bonus pun dapat kita manfaatkan untuk melunasi sebagian kewajiban utang. Bunga utang konsumtif, jauh lebih besar daripada bunga simpanan atau deposito, sehingga mengurangi kewajiban utang akan menyehatkan kondisi keuangan kita," tuturnya.

Namun, kata dia, jangan lupa untuk tetap mengalokasikan sebagian porsi bonus untuk menyenangkan diri. Karena bonus merupakan hasil kerja keras kita yang halal, jadi harus kita nikmati dan syukuri.

Perencanaan Keuangan dari Gaji, Bukan Bonus

Penting untuk merencanakan penggunaan bonus. Namun kata Freddy, harus diingat, jangan mengandalkan bonus ke dalam perencanaan keuangan yang sudah kita tetapkan sebelumnya. Berbeda dengan gaji ataupun THR yang sudah dapat diprediksi dan pastikan jumlahnya, tidak demikian dengan bonus.

Untuk memenuhi tujuan keuangan --seperti persiapan pendidikan anak, liburan, atau persiapan pensiun-- lakukan perencanaan keuangan secara matang dari penghasilan tetap yang lebih terprediksi. Setidaknya 20 persen dari penghasilan setiap bulan kita sisihkan untuk masa depan.

Berapapun jumlah bonus yang diterima, wajib kita syukuri. Jika jumlahnya tidak sesuai harapan, karena tidak masuk ke dalam perencanaan keuangan bulanan, maka tujuan keuangan yang sudah ditentukan sebelumnya tidak akan terganggu.

"Namun jika bonus yang diterima melebihi ekspektasi, sisihkan sebagian untuk menambah porsi investasi kita. Silakan ditentukan secara bijak penggunaan bonus. Ingat rumus: Penghasilan dikurangi gaya hidup sama dengan masa depan. Artinya semakin banyak bonus yang kita belanjakan untuk masa kini, semakin sedikit yang bisa dimanfaatkan untuk masa depan," pungkasnya.