Ketua PBNU: Bermain Politik Identitas Agama Berarti Menggiring Bangsa Menuju Perpecahan
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) K.H. Yahya Cholil Staquf atau akrab disapa Gus Yahya (Foto: BPMI Setpres/Kris)

Bagikan:

JAKARTA - Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) meminta politikus menolak menggunakan politik identitas untuk menjatuhkan lawan. Mereka mendorong adanya demokrasi yang lebih rasional mengedepankan gagasan, kredibitas, hingga rekam jejak.

"Kita harus ingatkan para aktor politik ini bahwa bermain-main dengan identitas agama itu sama saja menggiring bangsa ini ke dalam perpecahan," kata Ketua Umum PBNU Yahya Cholil Staquf dalam keterangan yang dikutip di situs NU, Sabtu, 5 November.

Yahya mengingatkan tak ada satu pun politikus yang menggunakan identitas seperti agama mengalahkan lawan politik mereka. Demokrasi rasional lebih penting untuk diterapkan di tengah masyarakat.

"Jadi tidak bisa kita, 'walaupun koruptor kalau Islam kan nanti masuk surga juga'. Misalnya. Itu kan sesuatu yang tidak relevan untuk dikembangkan dalam demokrasi kita," tegasnya.

Dia mengingatkan politikus bisa mempertanggungjawabkan perbuatannya di masa depan. Strategi mereka untuk berpolitik akan menentukan perjalanan bangsa dan negara nantinya.

"Saya minta semua aktor politik ini lebih bertanggung jawab dengan mengingat didirikannya bangsa dan negara ini," ujar Yahya.

"Karena apa yang kita miliki sebagai bangsa Indonesia ini sebetulnya bukan hanya bergarga untuk diri kita sendiri, tetapi ini bisa sebagai sumbangan yang bernilai tinggi bagi seluruh kontruksi peradaban dunia ke depan," pungkasnya.