Bagikan:

JAKARTA - Peneliti sekaligus dosen di Departemen Kimia FMIPA Universitas Indonesia (UI) Dr rer nat Agustino Zulys mengatakan, hingga saat ini belum ada satu pun penelitian yang membuktikan bahwa air dalam kemasan galon berbahan polikarbonat berbahaya bagi kesehatan.

“Untuk penelitian terkait kesehatannya itu belum ada. Kalaupun ada, belum ada juga yang menyimpulkan bahwa itu berbahaya,” ujar Agustino di Jakarta dikutip dari Antara, Minggu, 9 Oktober.

Menurut Agus, untuk meneliti migrasi BPA dari kemasan ke dalam airnya itu, analisisnya harus betul-betul menggunakan alat-alat yang cukup sensitif dan akurat atau valid.

“Sama halnya seperti mikroplastik, di Indonesia belum ada standar acuan berapa yang diperbolehkan dan bagaimana metode untuk mengidentifikasi BPA itu. Jadi, ini masih dalam riset saja bahwa BPA itu ada di galon polikarbonat,” imbuh dia.

Acuan migrasi BPA yang dipakai BPOM saat ini baru secara acuan dari luar negeri. Akan tetapi, metodologi yang digunakan belum juga baku antara satu negara dengan negara lainnya.

“Di tiap-tiap negara itu berapa batas ambangnya dan metodenya sudah beda-beda. Jadi, penelitian migrasi BPA itu belum seperti penelitian rutin, misalnya kadar besinya, kadar PH, dan lain-lain yang sudah baku,” kata dia.

Agus mengatakan bahwa sebenarnya kalau terkait BPA dalam AMDK galon polikarbonat itu belum bisa secara hukum dikatakan berbahaya atau tidak. Hal itu karena acuan di Indonesia juga belum ada.

“Sejauh ini belum bisa dikatakan BPA dalam air kemasan galon polikarbonat itu berbahaya atau tidak, karena belum ada standar bakunya,” kata dia.

Oleh karena itu, diperlukan penelitian yang independen yang bisa memberikan gambaran yang lebih utuh, baik secara kualitatif dan kuantitatif terkait migrasi BPA ke dalam air galon berbahan polikarbonat.

Selain itu, dari pihak regulator, pemerintah dan lembaga-lembaga yang meregulasi tentang migrasi BPA ini juga perlu membuatkan semacam panduan untuk proses pemeriksaan BPA yang baku.

“Sehingga, siapa pun yang meneliti terkait migrasi BPA ini nantinya mendapatkan hasil yang tidak jauh berbeda,” terang dia.

Terkait kemungkinan BPA juga bermigrasi dalam suhu ruangan, katanya, perlu diteliti lebih lanjut lagi mengenai bagaimana mekanisme pelepasannya.

“Kalaupun itu terjadi, mengingat BPA itu merupakan prekursor dari polimerisasinya, itu jumlahnya juga sangat kecil, hanya 0,0001 persen saja mungkin. Tapi, itu juga perlu diteliti lagi," katanya.

Sebelumnya, Pakar Teknologi Pangan IPB Eko Hari Purnomo mengatakan kecil kemungkinan ada migrasi atau perpindahan BPA dari kemasan galon ke dalam airnya. Hal itu mengingat BPA itu tidak larut dalam air.

“BPA ini hanya larut dalam pelarut organik, seperti alkohol, eter, ester, keton, dan sebagainya,” kata Eko.