JAKARTA - Kepala Sekretariat Rumah Sakit Darurat COVID-19 Wisma Atlet, Kolonel Laut RM Tjahja Nurrobi menyebut saat ini ada satu tower flat isolasi mandiri yang dialifungsikan menjadi tower perawatan pasien bergejala.
"Koordinator RSD Wisma Atlet memerintahkan kepada jajaran Rumah Sakit Wisma Atlet untuk mengalihfungsikan tower 4 yang biasanya dipakai untuk isolasi mandiri untuk dipakai sebagai tower perawatan," kata Nurrobi di Graha BNPB, Jakarta Timur, Senin, 30 November.
Dengan begitu, saat ini tower perawatan pasien COVID-19 bergejala ringan dan sedang berada pada tiga tower, yakni tower 4, 6, dan 7. Sementara, flat isolasi mandiri pasien tanpa gejala menyisakan satu tower, yakni tower 5.
Adapun alasan salah satu tower isolasi Wisma Atlet dialihfungsikan karena terdapat lonjakan kasus COVID-19 dalam beberapa hari terakhir. Bahkan, pertambahan kasus mencapai rekor baru, yakni 6.267 pada Minggu, 29 November.
Sementara, untuk mengantisipasi kepenuhan kapasitas pasien, Nurrobi menyebut Pemprov DKI akan kembali untuk membuka beberapa hotel dan wisma untuk menjadi tempat isolasi mandiri bagi psaien COVID-19 tanpa gejala (OTG).
"Kita masih dibantu dengan adanya Wisma Atlet Pademangan, kemudian juga ada beberapa hotel-hotel di DKI yang ditunjuk oleh Pemprov DKI dan mereka menambah beberapa penginapan-penginapan," ucap dia.
BACA JUGA:
Pagi tadi, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyoroti meningkatnya kasus aktif COVID-19 di Indonesia. Hal ini membuat Presiden Jokowi tampak gusar dan mengatakan situasi penyebaran COVID-19 memburuk.
"Ini semua memburuk," kata Jokowi dalam pengantar rapat terbatas bersama Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional.
Dia memaparkan, dari data yang diterimanya per Minggu, 29 November kemarin, terjadi peningkatan kasus aktif dari yang semula berkisar di angka 12,78 persen menjadi 13,41 persen.
"Meskipun angka ini lebih baik daripada angka dunia, tetapi hati-hati. Ini lebih tinggi daripada minggu lalu," tegasnya.
Sementara untuk angka kesembuhan, dari data yang diterimanya juga mengalami penurunan. "Minggu lalu 84,03 persen, sekarang jadi 83,44 persen," ujarnya.
Hal ini dia duga terjadi karena adanya peningkatan kasus COVID-19 yang terjadi selama sepekan terakhir ini. "Ini karena adanya tadi, kasus yang meningkat lebih banyak di minggu kemarin," ujarnya.