Bagikan:

JAKARTA - UK Indonesia Consortium for Interdisciplinary Sciences (UKICIS) mendapatkan hibah dana sebesar 200 ribu poundsterling atau setara Rp3,7 miliar dari Pemerintah Inggris melalui Global Challenges Research Fund (GCRF) yang dipimpin oleh the University of Nottingham, demikian disampaikan Koordinator UKICIS Bagus Muljadi kepada Antara London, Minggu, 29 November.

Menurut Bagus, hibah tersebut akan memungkinkan pihaknya untuk mengatasi tantangan berkaitan dengan adopsi kendaraan listrik (EV) dan pesawat listrik di Indonesia.

“Hibah dari Pemerintah Inggris ini untuk membiayai proyek penelitian pertama dari UK Indonesia Consortium for Interdisciplinary Sciences (UKICIS) bekerja sama dengan UGM dan Universitas Indonesia dimulai awal 2021," ujarnya dilansir Antara, Senin, 30 November.

Dipilihnya tim UKICIS, membuktikan bahwa Indonesia menjadi prioritas dibanding negara lain yang menjadi fokus GCRF. “Dana dari pemerintah Inggris ini diprioritaskan untuk membangun kapasitas industri batterai, kendaraan dan pesawat bertenaga listrik di Indonesia," katanya.

Menurut pihak Universitas Nottingham, dana hibah dari Pemerintah Inggris adalah hasil tindak lanjut dari pertemuan dengan Menteri BUMN Erick Thohir.

"Hal yang kami lakukan adalah bentuk dari diplomasi sains dengan menggunakan riset sebagai alat untuk merekatkan kerja sama Inggris dan Indonesia," katanya menambahkan.

Universitas Nottingham ingin membantu membangkitkan industri kendaraan dan pesawat listrik Indonesia lewat riset kolaborasi UKICIS antara institusi riset terbaik di Inggris dengan Indonesia upaya membangun hubungan bilateral yang lebih erat antar kedua negara.

The University of Nottingham dan Global Challenge Research Fund setuju mendanai proyek akan dimulai awal tahun 2021.

“Saya sangat senang proyek kami mendapatkan penghargaan Global Challenges Research Fund (GCRF), " ujar Bagus sambil menambahkan bahwa proyek tersebut akan membantu meningkatkan kualitas udara, kesehatan dan kesejahteraan, mendorong kesejahteraan dan pertumbuhan ekonomi, serta meningkatkan ketahanan dan mobilitas masyarakat.

Proyek tersebut juga bisa membantu menambah nilai, dan mewujudkan potensi Indonesia sebagai mineral baterai terbesar di dunia. GCRF juga menghibahkan dana bagi universitas di Inggris untuk menjalankan riset dengan negara berkembang.

Dana tersebut dikompetisikan lagi di internal masing masing universitas - dan professor akan mengajukan proposal mereka.

“Di sinilah peran kami sebagai diaspora untuk membentuk tim dan mengajukan proposal agar dana tersebut dipakai untuk kemajuan Indonesia dan bukan negara lain,” ujarnya.

Anggota tim terdiri dari Professor Patrick Wheeler, Professor Sean Rigby, dan Professor Kulwant Pawar, dan Dr Kevin Amess sedangkan DR Bagus Muljadi sebagai Principal Investigator dari Tim.

Diharapkannya UKICIS ke depan dapat membantu diaspora lain melaksanakan hal serupa. Sebagai prasyarat, pemberian dana yang harus digunakan sepenuhnya untuk kepentingan Indonesia.

Selain itu diaspora lainnya Professor Benny Tjahjono juga mendapatkan dana dari GCRF sebesar 15,000 pound (sekitar Rp2,8 miliar) atas nama Universitas Coventry yang juga merupakan anggota UKICIS.