Ramai Tes Keperawanan di Inggris, WHO Turun Tangan
Ilustrasi foto (Online Marketing/Unsplash)

Bagikan:

JAKARTA - Wanita di Inggris ditawari tes keperawanan yang kontroversial di berbagai klinik medis. Tes tersebut dianggap sebagai pelanggaran hak asasi manusia oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Perserikatan Bangsa-Bangsa, yang ingin melarang adanya praktik tersebut.

Kritikus mengatakan bahwa tes keperawanan tidak ilmiah. Tes tersebut juga tidak dapat membuktikan apakah seseorang masih perawan dan dapat menjadi bentuk pelecehan. Pada 2019, rapper asal AS T.I. memicu kemarahan setelah mengakui selama podcast dia membawa putrinya untuk tes setiap tahun untuk memeriksa apakah selaput dara sang anak masih utuh.

Tes keperawanan diketahui dilakukan di setidaknya 20 negara, menurut WHO. WHO juga menegaskan tidak ada bukti sebuah tes dapat membuktikan apakah seorang wanita atau gadis telah berhubungan seks atau tidak. Hal ini dikarena selaput dara bisa robek karena berbagai alasan, termasukpenggunaan tampon dan olahraga.

Mengutip sebuah investigasi yang dilakukan BBC, Jumat, 27 November, menemukan sejumlah klinik swasta di Inggris yang mengiklankan "perbaikan keperawanan" yang, ketika dihubungi, juga menawarkan apa yang disebut tes keperawanan dengan harga antara 150 poundsterling hingga 300 poundsterling. Sebanyak 21 klinik yang dituju, 16 di antaranya berhasil dihubungi dengan tujuh mengonfirmasi bahwa menawarkan tes keperawanan dan beberapa lainnya tidak akan menjelaskan posisi mereka.

BBC juga menemukan adanya penawaran peralatan perbaikan selaput dara yang dijual secara daring dengan harga 50 pounsterling, yang mengklaim dapat memulihkan keperawanan. Dokter kandungan, Dr Ashfaq Khan, secara teratur mendapat permintaan dari pasien untuk tes keperawanan dan perbaikan selaput dara.

"Saya tidak mengerti mengapa tidak ilegal di Inggris, itu harus dibuat ilegal," katanya.

"Keseluruhan gagasan bahwa tidak adanya bagian selaput dara berarti Anda tidak perawan adalah salah pertama-tama. Itu bisa robek karena berbagai alasan dan jika saya harus mengatakan 'itu robek, saya perlu memperbaikinya' dan lalu saya bisa memberi Anda sertifikat, itu artinya saya memberikan sertifikat palsu," ujar Khan.

Awal tahun ini, Organisasi Wanita dan Masyarakat Timur Tengah yang berbasis di Inggris, memulai kampanye untuk melarang tes keperawanan. Organisasi tersebut juga menyerukan pendidikan lebih lanjut tentang topik tersebut.

Pendiri Organisasi Wanita dan Masyarakat Timur Tengah, Halaleh Taheri, mengatakan bahwa walaupun pihaknya ingin melarang perbaikan selaput dara, melarang praktik tanpa pendidikan yang layak hanya akan lebih banyak ruginya. Satu-satunya alasan adanya tersebut adalah karena mentalitas terbelakang tentang keperawanan.

"Jika kita membantu mendidik komunitas kita dan membalikkan keyakinan ini, maka tidak perlu rekonstruksi selaput dara. Ini akan gulung tikar dengan sendirinya," kata Halaleh Taheri.